Part 14

3.1K 157 0
                                    

Happy reading

Saat Jimin hendak mengganti channel tiba tiba ada berita

"Dikabarkan, pesawat LX1375 jatuh yang diduga dari ketinggian 45.000 kaki. Pesawat jurusan Amerika-Seoul yang membawa 100 penumpang, jatuhnya pesawat diakibatkan oleh cuaca buruk dan......."

Brugghh....

.
.
.
.

Jimin yang mendengar sesuatu jatuh di belakangnya akhirnya menoleh. Dan mendapati Jiyeon yang menjatuhkan beberapa buku di sampingnya.

Tanpa pikir panjang Jimin langsung berlari ke arah Jiyeon dan memeluknya. Dia sangat syok atas berita yang di dengarnya tadi..

"Hikss... Oppa.. Eomma, appa... Hikss..." Jiyeon terus terisak. Bahkan isakannya semakin terdengar jelas. Membuat Jimin semakin mempererat pelukannya.

"EOMMAA... APPAA.... AKU YAKIN KALIAN PASTI BAIK BAIK SAJA. AKU YAKIN KALIAN TIDAK NAIK PESAWAT ITU. Hikss.." Jiyeon semakin terisak keras dan berteriak memanggil orang tuanya.

Jimin sungguh tidak tega melihat Jiyeon yang terus terisak dan berteriak sehingga dia semakin memeluknya erat dan sesekali mengecup puncak kepala Jiyeon.

"Gwenchana chagiya... Kajja kita ke bandara." kata Jimin.

Lama Jimin tidak mendapat respond dari Jiyeon sehingga Jimin melepas pelukannya dan melihat Jiyeon.

Ternyata Jiyeon pingsan. Jimin yang melihat Jiyeon pingsan langsung saja menggendongnya ke kamarnya.

Jimin merebahkan tubuh Jiyeon dengan hati hati di kasurnya. Jimin sangat khawatir kepada Jiyeon. Jimin terus saja mengusap surai Jiyeon dan sesekali Mengecupnya, agar Jiyeon bisa cepat sadar.

Jimin juga terus memanggil nama Jiyeon agar Jiyeon segera sadar, dan mengipasinya.

Sekitar 10 menit, akhirnya sadar Jiyeon tersadar dari pingsan nya.

"Chagiya.. Gwenchana?? Apa ada yang sakit??" Jimin terus bertanya. Jimin sangat khawatir kepada Jiyeon.

"Oppa.. Hikss... Eomma.. Appa." katanya sambil terisak.

"Kajja chagi.. Kita ke bandara." ajak Jimin.

"Ne oppa." Jiyeon langsung melangkah turun ke bawah. Namun, belum sempat Jiyeon membuka pintu kamarnya. Tangannya sudah di pegang oleh Jimin.

"Chagiya. Aku tau kau khawatir. Tapi gantilah pakaian mu. Jangan menggunakan pakaian seperti ini. Udara sangat dingin di luar aku tidak mau kau sakit." kata Jimin sedikit memohon.

"Ani, oppa. Ppalli oppa kita ke bandara." Jiyeon menolak permintaan Jimin dan mulai melepas genggaman tangan Jimin. Namun, Jimin tidak melepasnya.

"Chagiya.. Jebal.. Gantilah pakaianmu. Kau bisa sakit bila seperti ini. Jebal." Jimin semakin memohon.

Akhirnya Jiyeon menuruti perkataan Jimin dan mulai ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

.
.
.

Jiyeon dan Jimin sedang di perjalanan menuju bandara.

Jiyeon terus terisak dan berdoa agar semua baik baik saja.

Sedangkan Jimin. Dia masih setia menggenggam erat tangan Jiyeon dan juga fokus mengemudi.
.
.
.

Incheon International Airport
22.00 KST

Jimin dan Jiyeon sudah tiba di bandara. Mereka langsung saja berlari di kerumunan orang yang mereka yakini bahwa keluarga mereka juga korban dari kecelakaan tersebut.

Jimin dan Jiyeon langsung saja menerobos masuk di kerumunan itu dan memasuki ruangan.

"Annyeong tuan Park." kata pegawai ruangan tersebut.

Ya Jimin memang sudah sangat terkenal karena kekayaannya.

Jimin yang mendapat salam hanya tersenyum dan duduk di kursi yang sudah di sediakan.

Jiyeon mengikuti Jimin. Sedari tadi Jiyeon terus terisak dan Jimin terus menggenggam erat tangan Jiyeon guna untuk memberikan ketenangan.

"Apakah benar. Pesawat tersebut jatuh??" tanya Jimin yang langsung pada intinya.

"Ne. Tuan Park. Mhiane. Mhian atas kelalaian kami. Kami bahkan tidak..."

Brakk

Jimin langsung menggebrak meja memotong ucapan pegawai tersebut.

Pegawai tersebut terperanjat karena kaget.

"Apa yang kau katakan??? Lalai?? Bagaimana bisa kau mengatakan seperti itu. Ka..."

Ucapan Jimin langsung terpotong karena perlakuan Jiyeon. Jiyeon menggenggam tangan Jimin sangat erat dan mengusapnya lembut. Agar Jimin dapat mengendalikan emosinya.

"Tenanglah oppa. Tanyakan baik baik. Jangan emosi. Dia ketakutan." ucap Jiyeon yang terus mengusap punggung tangan Jimin.

"Ne. Chagi.." kata Jimin sambil mengusap surai Jiyeon dengan tangan satunya.

"Aku ingin melihat daftar nama yang menumpangi pesawat itu. Ppalli."

"Ne. Ini tuan." ucap pegawai tersebut sambil memperlihatkan daftar nama.

.
.
.
.
.

"ANDDWEEE....... EOMMA... APPA...." seketika Jiyeon berteriak histeris saat melihat nama ayah dan juga ibunya tertera di daftar tersebut.

Jimin langsung saja memeluk Jiyeon yang berteriak dan terisak..

"Dimana letak kejadiannya?? Kami akan kesana." kata Jimin yang semakin khawatir melihat keadaan Jiyeon.

.
.
.
.

Jimin dan Jiyeon sedang ada di perjalanan menuju ketempat kejadian.

.
.
.
.

Jimin dan Jiyeon telah sampai ketempat kejadian.

Banyak kepingan pesawat yang terhambur dimana mana.

Jiyeon langsung saja berlari mencari orang tuanya.

Jimin yang melihat itu langsung mengejar Jiyeon.

Namun, Jiyeon sudah berlari sangat jauh.

"JIYEON.."

"JIYEON.."

"JIYEON.."

Jimin terus memanggil Jiyeon..

Dan Jimin melihat Jiyeon di dekat hutan yang lumayan lebat.

Serta banyak kepingan pesawat terhambur di mana mana.

Di sana dia mencari seseorang. Yang Jimin yakini adalah kedua orang tuanya Jiyeon.

Jimin langsung berlari ke arah Jiyeon berada.

Setelah Jimin tiba di dekat Jiyeon

"ANDWEEEE........."

TBC

Hehehehe..... Mhiane. For typo
Jangan lupa untuk vote and comment.

Mhian part ini kependekan 😂😂

My Byuntae Boss [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang