Part 32

2.2K 117 1
                                    

Happy reading

"Appa." panggil Jimin.

Dari raut wajahnya, Jimin sangat serius.

Melihat anaknya serius. Ayah Jimin mengunyah makanannya dan meneguk air di gelas yang sudah di siapkannya.

"Emm.. Wae?" tanya ayah Jimin

"Aku akan menikah dengan Jiyeon secepatnya." ucap Jimin

"Mwo? Jinjja?" tanya ayah Jimin

Jimin hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Andwe. Kalian tidak akan menikah. Appa belum merestui mu........

BRAKKKK

Jimin yang mendengar perkataan ayahnya langsung memotong pembicaraan ayahnya dengan menggebrak meja makan.

Jiyeon dan ayah Jimin tersentak kaget karena Jimin menggebrak meja makan sangat keras.

"Apa hak appa?? Sampai tidak merestui kami? Aku akan menikah tanpa restumu." kata Jimin yang sudah tersulut emosi.

Jiyeon memegang tangan Jimin dan mengusapnya, memberikan ketegangan.

Ayah Jimin menggelengkan kepalanya melihat anak semata wayangnya yang sudah berani memotong ucapannya.

Ayah Jimin beranjak dari kursi dan berputar mengelilingi meja makan untuk sampai di tempat duduk Jimin.

Ayah Jimin langsung menjewer telinga Jimin.

"Yakk.. Lepas appa. Appo" kata Jimin sambil memegang telinganya yang di jewer.

"Siapa suruh tidak sopan. Memotong ucapan orang tua, menggebrak meja pula." kata ayah Jimin yang belum melepaskan jewerannya.

Jiyeon yang melihat itu semakin bingung.

"Salah appa sendiri. Tidak merestui kami." kata Jimin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Anak nakal. Sudah berani melawan?" kata ayah Jimin yang belum melepaskan jewerannya.

"Ahh.. Ne appa. Mhian. Sekarang lepaskan. Ini sangat sakit." ucap Jimin memelas.

Ayah Jimin langsung melepas jewerannya. Karena sudah terlepas. Jimin langsung mengusap telinganya yang masih sakit itu.

"Kalau appa belum selesai bicara. Jangan di potong dulu. Arraseo?" tanya ayah Jimin.

"Ne appa. Arra" ucap Jimin.

"Good boy"

"Appa tidak akan merestu..."

"Appa" rengek Jimin memotong ucapan ayahnya, lagi.

"Yaishh... Appa sudah bilang jangan di potong." kata ayah Jimin kesal.

"Hehehe... Mhian" ucap Jimin sambil terkekeh.

Ayah Jimin hanya berdecak sebal dan

"Appa tidak merestui kalian.."

Ayah Jimin melotot saat Jimin akan memotong ucapannya. Melihat itu, Jimin tidak jadi untuk mengatakan sesuatu.

Ayah Jimin menyeringai.

"Appa tidak merestui kalian jika kalian menikah dengan keadaan seperti ini."

"Maksud appa?" tanya Jiyeon yang akhirnya membuka suara.

"Tepat! Itulah pertanyaan yang appa tunggu. Tidak memotong, dan pas sasaran."

"Aku tidak ingin kalian mempermalukan appa kalau menikah dengan keadaan seperti ini. Lihatlah, tubuh kurus kalian. Sudah jelek, dekil, kurus, mau di taruh dimana muka ayah yang tampan ini? Jika anak dan menantunya sangat jelek." lanjut ayah Jimin.

"Yaishh... Appa... Kau menghina kami eoh? Arraseo. Kamu akan merawat diri dulu. Kami juga akan menyiapkan acaranya. Mungkin bulan depan karena kami akan ke Amerika tanggal 12 september nanti." ucap Jimin kesal

"MWO? AMERIKA??"

"Yaishh... Appa. Kau tak perlu berteriak. Kau merusak pendengaran ku." kata Jimin sambil menutup telinganya. Karena ayahnya berteriak cukup nyaring.

"Hehehe... Mhian. Untuk apa kalian mau ke Amerika? Honeymoon? Ck.. Bahkan kalian belum menikah." kata ayah Jimin sambil menggelengkan kepalanya.

"Ani. Kami akan membuat kejutan untuk Namjoonie oppa." sambar Jiyeon

"Aish.. Chagi. Kenapa kau terlalu jujur eoh?" tanya Jimin yang di hadiahi jitakan dari Jiyeon

"Yak. Kenapa kau menjitakku?" tanya Jimin, lagi.

"Kau berisik sekali. Dan kita memang harus jujur." ujar Jiyeon.

"Dengarkan itu Park Jimin." kata ayah Jimin dengan menampilkan smirk nya.

"Kalian sama menyebalkannya." kata Jimin pasrah

Seketika ruang makan itu penuh dengan suara tawa dari Jiyeon dan ayah Jimin. Sedangkan Jimin, dia hanya mengerucutkan bibirnya.

"Yaishh... Perutku sangat sakit. Sudah. Sudah. Sekarang istirahatlah. Aku capek tertawa terus." ujar ayah Jimin

"Salah sendiri." kata Jimin

"Hahahahaha..." Jiyeon dan ayah Jimin tertawa, lagi.

"Ahh.. Ne appa.. Haha.. Kajja chagi. Kita istirahat." ucap Jiyeon sambil menarik tangan Jimin.

Jimin hanya bisa pasrah dan mengikuti Jiyeon menarik tangan Jimin naik kelantai dua.

"Dimana kamar mu oppa?" tanya Jiyeon. Jimin hanya menunjuk nya. Dan Jiyeon langsung menuju ke arah Jimin menunjuk tadi.

.
.
.
.
.

Jiyeon bangun dari tidurnya, saat matahari menembus retinanya.

Mengerjab ngerjab untuk membiasan dengan situasi di ruangan itu.

.
.

Sehabis dari kamar mandi, Jiyeon berjalan menuju dapur untuk memasak sarapan yang akan mereka makan nanti.

Jiyeon tengah sibuk berkutat dengan alat masak.

Hingga ada langkah kaki mendekat kearah Jiyeon.

Jiyeon menoleh dan mendapati ayah Jimin sedang meneguk air mineral yang baru saja di ambil nya di lemari pendingin.

"Pagi appa. Kau sudah bangun?" sapa Jiyeon kepada ayah Jimin sambil menata makanan yang sudah masak di meja makan.

"Tentu saja. Aku sudah terbiasa bangun pagi. Tidak seperti tunanganmu." kata ayah Jimin dengan nada mengejek.

"Ne. Dia memang seperti itu." ujar Jiyeon sambil terkekeh.

"Jiyeon." panggil ayah Jimin sambil mendekat ke arah Jiyeon

"Ne appa. Wae?" tanya Jiyeon

Ayah Jimin semakin mendekat kearah Jiyeon sambil tersenyum hangat.

Tiba tiba

BUGH

T

B

C

Semoga terhibur. Maafin kalau banyak typo yang bertebaran.

Jangan lupa untuk vomment

See you

My Byuntae Boss [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang