EPILOG

2.5K 108 2
                                    

Happy reading

Hembusan angin di pagi hari menggoyangkan daun dan ranting-ranting kecil.

Ditambah mengibarkan tirai di kamar seseorang yang sedari tadi terus bergelung nyaman bersama selimut di tempat tidurnya.

Jendela telah terbuka lebar mengakibatkan sinar matahari masuk melalui celah celah tirai dan hembusan angin yang menggerakkan gerakkan tirai tersebut.

Walau sinar matahari dan hembusan angin mampu membuat seseorang terbangun. Namun, tidak dengan Jimin. Dia masih asik dengan alam bawah sadarnya dan tidak merasa terganggu sedikit pun.

Ckleek..

Seorang wanita cantik membuka pintu kamar dimana Jimin masih nyaman tertidur di balik selimut tebalnya.

Dialah Jiyeon, wanita cantik dengan perut buncitnya yang sudah memasuki bulan ke sembilan.

"Oppa. Iroena.." kata Jiyeon sambil menggoyangkan tubuh Jimin.

Jimin masih bergeming. Tidak terganggu sedikit pun. Karena kesal, Jiyeon menarik selimut yang membungkus tubuh berotot Jimin.

"Oppa. Irroenaa... Palla..." ujar Jiyeon kesal.

"Hmmm... Wae chagi? Aku masih sangat mengantuk." kata Jimin yang masih menutup matanya.

"Aku sudah membuat sarapan untuk mu oppa. Mandilah. Dan tidak ada bantahan." ujar Jiyeon tegas dan meninggalkan Jimin yang masih mengumpulkan kesadarannya.

Namun, baru beberapa langkah Jiyeon menjauh dari tempat tidur. Dia merasakan nyeri di bagian perutnya.

"Arrghh...." erangan Jiyeon membuat Jimin tersentak dan sadar seketika.

"Chagiya. Gwenchana?" tanya Jimin dengan raut khawatirnya.

"Oppa... Appo.. Akhh..." kata Jiyeon susah payah.

Tanpa menunggu lama. Jimin langsung saja menggendong tubuh Jiyeon ke lobi apartemen dan melaju ke rumah sakit.

.
.

Mobil Jimin membelah jalanan Seoul di pagi hari dengan kecepatan yang di atas rata-rata. Dan untungnya, jalanan di pagi ini tidak macet. Yang mengakibatkan Jimin dengan waktu yang lumayan singkat telah tiba di rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit, Jimin langsung berlari dengan menggendong tubuh Jiyeon. Dan tak berselang lama, suster mengambil alih tubuh Jiyeon dan membawanya langsung ke ruang bersalin saat melihat air ketuban Jiyeon menetes di lantai koridor rumah sakit.

.
.

Ruang Bersalin

"Oppa.. Appo" kata Jiyeon sambil meringis menahan sakit.

"Gwenchana chagiya. Oppa disini. Lakukan apapun pada ku. Asal bisa mengurangi sakit yang kau rasakan" kata Jimin sambil menggenggam erat tangan Jiyeon.

"Nyonya Park.. Bersiaplah. Sekarang sudah pembukaan ke sepuluh." kata dokter yang membantu proses persalinan Jiyeon.

"Ahh... Ne. Lakukan apapun. Aku sudah tidak tahan. Akkhh... Appo." kata Jiyeon di sela sela rintihannya.

"Ikuti instruksi saya Nyonya." ucap dokter tersebut.

Jiyeon terus mengikuti instruksi dari dokter. Tidak lupa Jiyeon menggenggam erat tangan Jimin. Dan juga terkadang mencakar tangan Jimin untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakannya.

Akhirnya. Setelah menahan rasa sakit yang di rasakan Jiyeon.

"Selamat Nyonya. Dia seorang namja." ujar dokter tersebut. Dan memberikan bayi mungil itu kepada perawat untuk di bersihkan.

"Akhh... Appo" belum Jiyeon bernafas lega. Dia kembali merasakan sakit.

"OMO!! Nyonya. Tarik nafas. Dan kembali untuk mengikuti instruksi saya Nyonya." ujar dokter tersebut.

Jiyeon mengikuti instruksi dokter, lagi.

Dan tak berselang lama.

"Aigooo.... Chukkaee... Bayinya yeoja Nyonya. Nyonya memiliki anak kembar." ujar dokter tersebut sambil menyerahkan bayi mungil itu kepada perawat untuk membersihkannya, lagi.

"Gomawo. Jeongmal gomawo chagi." kata Jimin.

Jimin terus saja mengucapkan terima kasih kepada Jiyeon tanpa henti. Dan terus mengecup bibir, pipi, kening, hidung, mata, punggung tangan.

Jimin terus mengecup Jiyeon tak henti-hentinya dan juga mengucapkan terima kasih.

Jiyeon hanya bisa membalasnya dengan senyumannya.

Dan tak lama Jiyeon terlelap.

"Chagi. Chagi. Chagiyaa..." panggil Jimin sambil mengguncang tubuh Jiyeon. Namun, Jiyeon tidak merespon panggilan Jimin. Jiyeon masih asik dengan zona nyamannya. Mata terpejam.

"Dokter. Dokter." panggil Jimin.

Tak berselang lama, dokter datang bersama dengan beberapa perawat.

"Ne. Tuan. Wae?" tanya dokter kepada Jimin.

Dokter tersebut dapat melihat raut wajah khawatir Jimin. Dan juga Jimin yang tak henti hentinya untuk membangunkan Jiyeon.

"Mianhae tuan. Bisakah tuan keluar sebentar? Saya akan memeriksanya." ujar dokter teesebut.

Dengan berat hati. Jimin keluar dari ruang bersalin dengan perasaan yang bercampur aduk.

Semoga kau baik baik saja chagi. Batin Jimin.

Jimin terus terusan berjalan mondar mandir di depan pintu ruang bersalin. Tak lupa untuk mengatupkan kedua tangannya dan berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan Jiyeon.

Tak berselang lama. Dokter yang menangani Jiyeon keluar dari ruang bersalin.

Jimin langsung saja menghampiri dokter tersebut.

"Dokter. Bagaimana keadaan istri saya? Dia baik baik saja kan?" tanya Jimin.

Jimin dapat mendengar hembusan nafas berat dari dokter tersebut.

Yang mengakibatkan jantung Jimin berdetak abnormal. Jimin sudah berharap harap cemas. Apa yang akan di katakan dokter kepadanya nanti tentang keadaan Jiyeon.

"Mianhae tuan. Nyonya Park kehilangan banyak darah saat proses persalinan tadi. Juga Nyonya sangat kelelahan akibat melahirkan dua bayi sekaligus. Mianhae. Nyonya Par.."

"ANDWEEE.... " teriak Jimin memotong ucapan dokter.

"APA YANG KAU KATAKAN DOKTER? TOLONG SELAMATKAN ISTRI SAYA. SAYA AKAN BAYAR BERAPA PUN. ASAL ISTRI SAYA SELAMAT. JEBALL.." teriak Jimin di depan wajah dokter sambil mengguncang tubuhnya.

Tak mendapat respon dari dokter.

Jimin langsung saja berlari masuk kedalam ruang bersalin dan mendekap tubuh Jiyeon erat.

Air mata yang sedari tadi di tahan oleh Jimin akhirnya runtuh juga.

Semakin lama.  Jimin semakin terisak.

Jimin terus mendekap tubuh Jiyeon dan mengecup wajah Jiyeon.

Jebal.. Jangan tinggalkan aku chagi. Aku tidak mungkin bisa mengasuh putra dan putri kita. Tahukah kau? Anak kita kembar. Mereka namja dan yeoja. Dia sangat mirip dengan kita. Jeball... Irroenaaa... Jeball... Chagiyaa... Gumam Jimin terus menerus.

Hwaaaaaa............

Itu Jiyeon kenapa? Meninggal? Hwaaaahhhh....... Gak tega... Hikss....
Tunggu extra chapternya yaaa...

See you... Jangan lupa vomment...

Dan maafin soal typo

My Byuntae Boss [Park Jimin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang