04 || netflix & chill

5.2K 474 12
                                    

0 4

n e t f l i x & c h i l l

stolen kisses are always the sweetest

✿ㅡ✿

soojung's apartment
sometimes between winter, 2017

AKU TERDUDUK TEGAK, meninggalkan lengan Jongin yang sebelumnya kugunakan sebagai sandaran. Kedua tangan menutupi mulut sementara sebuah suara kaget keluar dari sana.

"No!" Aku mengeluarkan desahan dramatis, disusul dengan cekikikan Jongin dari belakang bahuku. "Babies!"

Kutatap layar TV yang kini telah menghitamㅡdan hanya menampilkan creditsㅡdengan putus asa, sementara kedua tanganku bergerak ke rahang; seolah memeriksa apakah benda itu masih ada disana.

"Reaksimu selalu menghiburku," Tutur Jongin, sementara jemarinya mulai menelusuri tulang belakangku. Ia tahu bahwa hanya tersisa hitungan detik sebelum aku bicara tak henti-henti tentang film yang baru saja kami tonton.

"Jongin!" Aku memutar tubuhku ke arahnya, kedua tangan masih berada di sisi wajah, belum pulih dari rasa kagum. "Apa yang salah denganmu? Bagaimana kau bisa begitu tenang? Tidakkah kau sadar apa yang baru saja terjadi?"

Jarinya berkelana ke lenganku, sementara wajahnya menunjukkan ekspresi gemas bercampur geli saat ia mengangkat bahu.

"Beritahu aku."

Aku mengambil napas dalam-dalam, kini terduduk lurus menghadapnya. "Dengar, kau ingat bagaimana James kecil tidak menunjukkan ekspresi apapun saat ia menyaksikan ibunya sendiri bunuh diri?"

Jongin menggigit bibir bawahnya, semakin senang melihat semangatku yang menggebu-gebu.

"Perhatikan bagaimana ia berhasil menahannya selama enam tahun hingga akhirnya ia bertemu Alyssa. Ia benar-benar mengalami mental-breakdown seolah itu baru saja terjadi kemarin. Tidakkah kau mengerti betapa menyedihkannya itu? Seolah Alyssa baru saja memberikan akal sehat ke dalam tubuh James. Oh, aku bahkan tidak bisa mengatakannya dengan benar sekarang."

Aku mengerucutkan bibir kedepan, membentuk ekspresi sedih karna pesan yang disampaikan oleh hubungan Alyssa dan James benar-benar menyentuh hatiku.

Sementara di hadapanku, Jongin masih berbaring di bawah selimut tebal yang menutupi kakinya, matanya berbinar-binar oleh sesuatu yang familiar. Aku tidak pernah bisa menahan diriku untuk tidak histeris setiap kali aku menonton film yang bagus, dan entah mengapa, ia malah menganggapnya menggemaskan.

"Haruskah kita menonton episode selanjutnya?"

Kupukul pahanya pelan. "Jongin!"

"Apa?" Ia membalas tatapanku, meringis pura-pura kesakitan.

"Aku butuh waktu untuk mencerna semuanya! Ini terlalu banyak."

Sebuah desahan keluar dari mulutnya, namun sesegera itu juga ekspresinya berubah memohon saat ia berkata, "Baiklah, tapi setidaknya lakukan itu disini." Satu tangannya terbentang di bahu sofa, menggodaku untuk berbaring dan kembali bergelung di dalam pelukannya.

Aku hampir saja menurutinya saat tiba-tiba sebuah ingatan terlintas di kepalaku. Secepat kilat, aku menatap jam dan melangkah keluar dari sofa. "Jangan dimulai sebelum aku kembali." Pintaku.

"Ada apa?" Matanya mengikuti langkahku hingga ke dapur. "Tidak usah khawatir, Jung-ah, kau tidak perlu bersembunyi dariku jika ingin menangis."

Aku akan melemparnya dengan apapun jika aku bisa. Alih-alih, aku hanya memberinya tatapan mematikan dan menggeram.

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang