01 || he drinks coffee

11.9K 769 68
                                    

0 1

h e   d r i n k s   c o f f e e

the saddest love is to love someone, to know that they still want you, but the circumstances don't let you have them


✿ㅡ✿


soojung's apartment
christmas morning, 2017

 

"GOOD MORNING!" CICITKU saat suara derik pintu kamarku terdengar dan kepala Jongin menyembul keluar dari sana. Rambut hitamnya berantakan, kedua matanya yang hampir tidak membuka menyipit saat menemukanku sibuk di dapur. Sebuah senyum langsung terlukis di wajahku, dalam hati bertanya-tanya kapan terakhir kali aku melihat pemandangan ini. "And merry christmas."

"Merry christmas, princess." Enam bulan yang lalu, ia pasti akan berjalan memutari konter dan memberiku morning kisses atau setidaknya pelukan hangat. Namun aku sadar bahwa keadaan kami tidak lagi sama sekarang. Menahan diri untuk melakukan itu, ia berakhir di salah satu kursi konter dan menyandarkan tubuhnya dengan kedua siku. "How are you feeling?"

Seketika aku mendongak dan menemukan matanya sedang mengikuti segala pergerakanku.

"Lebih baik, setelah kau datang." Aku memberinya senyuman tulus. "Sepertinya semalam adalah kali pertama aku bisa tidur tanpa mimpi buruk. Terima kasih karna mau melakukan itu."

Aku tahu itu sangat egois untuk menelepon mantan kekasihmu setelah enam bulan tidak berkomunikasi hanya karna anjingmu mati dan kau tidak bisa tidur. Itu sangat memalukan bagaimana aku menangis saat ia datang. Beruntung ia langsung menarikku ke dalam pelukannya sehingga aku bisa langsung menyembunyikan wajahku di dadanya.

"Aku senang kau menghubungiku." Jongin membalas senyumanku, jauh lebih lebar hingga aku bisa melihat deret giginya yang sempurna. Meskipun tak lama kemudian senyumannya hilang, digantikan oleh bibir dan alisnya yang berkerut saat mengingat keadaanku semalam. "Although you were a wreck, last night, Soojung. Raven's okay, alright? He's in heaven right now, probably running around with his thic ass."

Mataku melebar dan kepalaku terlontar ke belakang saat tawaku pecah. "Hey, bagaimana bisa kau mengatakan itu?" Tanyaku, pura-pura protes, meskipun aku tahu ia ada benarnya juga.

Jongin sudah bisa dibilang sebagai ayahnya jika mengingat ia telah membantuku merawatnya selama tiga tahun lebih. Jadi aku juga bisa merasakan kesedihannya meskipun ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukkannya dihadapanku.

"No, but, seriously, he's happy now."

"Of course he is, he has to." Aku tersenyum dan kembali memokuskan pandanganku pada adonan yang sedang kubuat.

Penasaran dengan gerakanku yang tiba-tiba, ia mencondongkan tubuh ke seberang konter dan mengintip melalui bahuku. "What are you making?"

"Waffles. Pilihlah satu." Aku mundur selangkah untuk menyediakan pandangan yang lebih jelas ke deretan topping waffle di atas rak.

Mendaratkan bokongnya kembali ke tempat duduk, ia mengangkat alisnya kearahku. "Keberatan untuk merekomendasikan menu terbaikmu, Miss Jung?"

"Hm, well," aku menggigit bibir, meninggalkan tatapannya untuk melihat ke atas rak. "Kau tahu aku penggemar cokelat, tapi karna kau tidak makan cokelat, aku akan merekomendasikan keju atau blackcurrant."

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang