48 || silver linings

2.4K 316 51
                                    

4 8

s i l v e r   l i n i n g s

it's been a long ride without you

smtown tokyo
2019

KUTARIK NAPAS DALAM-dalam. Sudah lama sekali dari semenjak aku berada di stadion seluas ini, sama lamanya dari semenjak penampilan terakhirku di atas panggung. Saking lamanya, tubuhku masih terasa sedikit kaku meskipun mereka sudah membuatku latihan dari dua minggu yang lalu. Aku pesimis aku bakal bisa melakukannya sebaik dulu.

Itu jadi membuatku teringat bagaimana dulu Jongin akan berkali-kali mengatakan bahwa smtown concerts jadi terasa kurang berarti tanpa kehadiranku, sayang disaat akhirnya aku kembali kami sudah tidak bersama lagi. Bahkan mungkin ia sudah sama sekali tidak peduli dengan segala sesuatu yang berhubungan denganku sekarang.

Anyway, acaranya akan dimulai enam jam lagi dan setelah Taemin itu adalah grup kami yang kedapatan giliran rehearsal. Amber dan Luna sedang bercanda di pinggir panggung, sudah siap melakukan kegiatan sehari-hari mereka sementara aku masih menciut di backstage.

Kulihat gerakan tangan yang dibuat salah satu staff dan menurut untuk berjalan mendekatinya. Ia berdiri tepat di bawah panggung, mikrofon dan alat pendengaran lain di tangan, membuat semuanya jadi terasa makin nyata.

Baru saja aku mau menunduk guna menghindari palang yang berada di hadapanku saat tiba-tiba kurasakan sebuah tangan bertengger di atas kepalaku. Dapat kurasakan juga bagaimana seseorang berjalan begitu dekat di belakangku dari panas tubuh yang orang tersebut pancarkan. Tangan itu menuntun disaat yang sama melindungi kepalaku hingga kami dapat melewati palang tersebut dengan selamat.

Baru lah setelah keningku aman, tangan itu menghilang. Kuputar tubuhku, kemudian mendongak saat hanya dadanya yang bisa kutemukan.

"Hey, um, maaf... kebiasaan," Kata Jongin sambil menggaruk alisnya.

Aku tersenyum, kemudian membuang napas yang sedari tadi kutahan. Tentu saja itu dia. Ia juga melakukan hal yang sama pada pertemuan terakhir kami. Saat itu kami sedang terlibat dalam sebuah pertengkaran besar yang kemudian berujung pada perpisahan kami. Aku meninggalkan studionya dengan amarah yang melepuh, tapi kedua mataku masih berfungsi dengan baik jadi aku masih bisa melihat laci yang berada di hadapanku dan masih bisa juga menghindarinya. Tapi kemudian, Jongin dan segala perhatiannya, dengan kondisinya yang masih sama emosinya denganku, tetap menyeimbangi langkahku untuk meletakkan tangannya diatas kepalaku guna melindungiku dari kemungkinan benturan. Setelah dipikir-pikir lagi, entah mengapa aku tidak luluh dengan gesturnya saat itu. Fakta bahwa dia masih kepikiran untuk melakukan itu dengan begitu normalnya di tengah pertengkaran besar kami, kerap membuatku berpikir bahwa cintanya padaku masih ada. Well, setidaknya masih sampai awal tahun 2019.

Oh betapa aku merindukannya tapi pasti bakal aneh jika tiba-tiba aku memeluknya kan? Satu hal yang paling kusayangi dari perpisahan kami adalah aku kehilangan pacar sekaligus sahabat di saat yang sama.

"Kau belum sepenuhnya berubah," Balasku, tidak bisa menyembunyikan kekecewaan yang diam-diam kurasakan.

Staff yang sebelumnya berada tepat di bawah panggung sepertinya melihat kami sudah terlanjur terlibat dalam sebuah percakapan sehingga dia memutuskan untuk berjalan menghampiri kami saja guna memasang mikrofon dan alat pendengaran itu padaku. Saat aku sedang sibuk membantunya, kudengar Jongin bersuara lagi. Teknisnya kami masih berdiri berhadap-hadapan jadi secara tidak langsung aku juga masih mengharapkan dia untuk membuat percakapan. Aku sudah akan melakukan itu jika pikiranku tidak sedang disibukkan oleh demam panggung yang tiba-tiba menyerang.

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang