3 1
h i s a b s e n c e
she loved how his words disturb the rhythm of her pulse
✿ㅡ✿
soojung's home
july 10th, 2018"MEREKA TIDAK MARAH kau pulang duluan?" Tanyaku sambil memasukkan loyang berisi adonan kue pai ke dalam oven. Memang sudah lama dari semenjak aku ingin melakukan ini untuk para staf Player; dan kupikir sembari menunggu Jongin yang katanya bakal datang tengah malam setelah latihannya selesai, tidak ada salahnya membuat diriku tetap terjaga dengan merealisasikan rencana tersebut. Anggap saja seperti sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Jongin, yang sedari tadi hanya bisa menontonku dari salah satu kursi dapur, kini sudah hampir terlelap dalam posisi duduknya jika aku tidak membuat suara. Menguap, ia menggeleng. "Tidak, tapi kau tahu bagaimana mereka."
Aku terkekeh, secara tidak langsung membenarkan pernyataannya. Itu sudah bukan rahasia lagi kalau membernya memang suka sekali membuat kami merasa tidak nyaman dengan segala komentar mesum yang mereka lemparkan. Aku penasaran apa yang mereka katakan kali ini.
"Jongdae hyung memintaku untuk memilih antara kau atau mereka." Ia mengakhirinya dengan dengusan
Pergerakan jariku pada tombol oven pun langsung terhenti. Ia sudah menatapku saat aku baru mau menoleh untuk menatapnya, ekspresinya datar; tak terbaca. "Lalu? Apa yang kau katakan?"
"Kubilang pada mereka, 'Kenapa kalian menanyakan hal seperti itu? Soojung tidak akan pernah melakukannya.'" Jawabnya sambil mengangkat bahuㅡyang kemudian langsung melukis kerutan pada dahiku.
Menyempatkan diri untuk mengatur suhu oven terlebih dahulu, aku akhirnya memberikan Jongin tatapan bingung sembari membasuh tangan di wastafel.
Namun alih-alih datang dengan penjelasan yang kuharapkan, ia malah melanjutkan ceritanya masih dengan suara yang mengantuk. "Lalu Chanyeol dengan percaya dirinya menyeletuk, 'Karna Soojung tahu kalau kau akan memilih kita?'"
Ceritanya membuatku tertarik walau bagaimanapun juga. Tahu-tahu sebuah senyum sudah tersungging di bibirku entah untuk alasan apa.
"Aku tahu mereka hanya bercanda, tapi aku tetap memutar bola mata, lalu menggeleng, sebelum kemudian berkata, 'Karna Soojung tidak akan pernah tega untuk membuatku memilih di antara dua hal yang paling berharga dalam hidupku. Ia sepengertian itu.'"
Aku suka bagaimana Jongin memiliki caranya tersendiri untuk memujiku. Ditambah fakta bahwa ia tidak sadar kalau ia sedang melakukannya, itu membuat pujiannya terasa semakin tulus saja.
Berjalan menghampirinya dengan senyum yang terus mengembang seiring dengan detik yang berlalu, kulingkarkan kedua tanganku di lehernya yang kemudian langsung ia sambut dengan melingkarkan miliknya di pinggangku.
Jongin menautkan bibirnya ke depan saat ia mendongak, mendambakan kedekatan yang lebih tapi aku hanya menyisir poninya menggunakan jari sebelum kemudian mendaratkan kecupan singkat di ujung bibir dan hidungnya.
"Jam berapa kau harus pergi?" Tanyaku.
Ia harus melirik ponselnya dulu sebelum akhirnya menjawab, "Jam tiga pagi."
Itu artinya hanya tersisa dua setengah jam lagi. Padahal baru beberapa menit yang lalu aku memberinya pelukan selamat datangㅡmeskipun bisa dibilang hanya dia yang memelukku sementara aku sibuk mengangkat tanganku keatas, tidak mau mengotori pakaiannya dengan adonan kue yang masih terdapat di seluruh jemarikuㅡtapi intinya sama.
"Mau tidur sebentar?" Aku menyarankan, masih sibuk menyisir poninya ke belakang. Sekalian memijit kepalanya juga di tengah jalan.
"Tapi aku sudah lama tidak melihatmu," Ia merengek, serta merta membuka kedua lututnya sehingga kini aku berdiri di antara mereka. "Dan mungkin bakalan lama sampai aku bisa melihatmu lagi."
Alih-alih protes akan gerakannya yang tiba-tiba, aku hanya dibuat terkekeh oleh sifat manjanya yang memang suka muncul setiap kali kami jarang bertemu. Pernah waktu itu ia sampai minta disuapin guna mengulur-ulur waktu kepergianku.
"Kau lelah." Itu bukan pertanyaan. "Lagipula aku tidak akan membiarkanmu menyetir dalam keadaan mengantuk seperti ini, oke?"
"Bagus, kalau begitu aku tidak harus pergi," Ia menyempatkan diri untuk mengecup tulang selangkaku sebelum kemudian mendongak lagi dengan senyum tengil sudah terpampang di wajahㅡseolah bangga dengan gagasan yang baru ia berikan. Padahal ia sendiri pun tahu ia tidak bisa melakukan itu.
Berusaha mengabaikan sensasi menggelitik yang bibirnya tinggalkan di atas dadaku, kucoba untuk memberinya tatapan serius supaya ia tahu kalau aku tidak sedang bercanda. "Jongin."
Aku tahu aku sudah memenangkan argumen ini saat kulihat ia mengeluarkan desahan panjang, "Tapi kau tidur bersamaku."
"Nope, can't do," Tuturku, meskipun dalam hati kecewa juga karna aku tidak memiliki pilihan lain selain menolak permintaannya. "Aku harus mengeluarkan kuenya dari dalam oven setengah jam lagi, ingat?"
"Kalau begitu, berbaring saja di sebelahku," Ia datang dengan penawaran lain, tak sedikitpun sarat ragu nampak di matanya. "Ya, Soojung?"
Malah aku yang jadi ragu.
Sebelum ia mengancamku dengan atau aku tidak mau tidur, buru-buru aku menyetujui permintaannya. Lagipula aku juga merindukan Jongin sama besarnya.
"Baiklah," Kupindahkan tanganku ke belakang pinggang untuk menangkap pergelangan tangannya dan melepas pelukannya, sebelum kemudian berputar pada tumitku sembari menarik mereka bersamaku. "Ayo ke kamar."
"Ngg, Soojung?" Tubuhnya yang membeku membuatku kembali berputar menghadapnya.
"Apa?"
"Di sofa aja, boleh?"
Aku menatapnya dengan bingung, tapi tetap menyatukan ke sepuluh jemari kami di bawah sana. Lagipula itu bukannya seperti baru kali ini kami tidur di kasur yang sama, malah saking seringnya sampai itu terasa aneh untuk tidur tanpa Jongin di sebelahku.
"Kenapa?" Tanyaku, akhirnya.
"Lebih sempit," Kedua matanya hampir menghilang saat ia nyengir. "Hehe."[]
[a/n] ada yang penasaran kenapa kangmas ngga ada di postan ig sehun? nih jawaban versi delulunya hehehehehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
24 hours
Short StoryThere's indeed a love story going on behind closed doors. [kumpulan kaistal oneshoots dengan background idol life] ©2018 #1 in fx #1 in kaistal #11 in oneshoots || 09/08/18 #32 in short story || 27/06/18 #70 in oneshot || 07/01/19