11 || mountain is moved

3K 285 36
                                    

1 1

m o u n t a i n   i s   m o v e d

sometimes, the best way to stay close to someone you love is by just being their friends

✿ㅡ✿

jongin's apartment
2014


SOOJUNG MENJATUHKAN DIRI di sofa di sebelah Jongin, melipat kedua lututnya keatas hingga kini ia tenggelam dalam sebuah hoodie yang masih terlalu besar untuk tubuh mungilnya. Itu merk favorit Jongin, itu milik Jongin juga, mengingat sang gadis tiba-tiba muncul di depan apartemennya; meminta sebuah tempat untuk tinggal, tanpa berbekal apapun selain ponsel dan dompet.

Ia letih, itu terlihat dari mata dan rambut pirangnya yang kusut. Lalu berkata di rumahku terlalu banyak kamera mengingat ia dan kakaknya sedang syuting reality show sekarang. Toh, Jongin juga akan mengizinkannya masuk bahkan jika Soojung tidak memberi alasan apapun, berada dekat dengannya adalah hal yang selalu ia syukuri dari semenjak Soojung mewarnai rambutnya merah.

"Kemana Sehun?"

Jongin mengangkat kepala dari ponselnya dan menoleh ke samping, hampir kehilangan suara saat melihat bagaimana sinar matahari terjatuh tepat di kedua matanya. Soojung bukan cantik, ia sesuatu yang lainㅡJongin masih tidak tahu, tapi itu selalu berhasil membuat hatinya berdebar-debar.

"Buang air," Jawaban sang pria hanya berupa bisikan. Gadis itu mungkin tidak akan mendengarnya jika ia tidak berada terlalu dekat dengannya.

Soojung mengalihkan pandangannya ke layar tv, ragu-ragu saat melihat gambar animasi pistol di padang gurun beserta dengan simbol pause yang menutupi pandangan. Lilitan kabel nampak jelas beserta dengan tumpukan kaset di dekat karpet, selalu begitu setiap kali Jongin dan Sehun menghabiskan waktu bersama. Soojung kemudian meraih dua konsol yang terletak diatas meja, satu ia genggam dan satu lagi ia jatuhkan ke pangkuan Jongin.

"Akan kugantikan Sehun," Jelasnya saat sang pria menatapnya dengan bingung. "Pencet tombol mulainya."

Sebuah dengusan terdengar, lantang dan mantap. "No, Soojung. Aku dan Sehun sedang dalam posisi yang bagus sekarang, lihat," Tatapan keduanya kemudian beralih ke layar saat dagu Jongin menunjuk kesana. "Skor kami sedang luar biasa, ini jarang terjadi, jadi, jawabannya tidak."

Di sebelahnya, sang gadis kecewa dan tersakiti disaat yang sama. Sebuah pukulan kemudian mendarat di belakang kepalanya. "Yah, kau lupa siapa yang baru saja menduduki peringkat tiga kemarin?"

Soojung memang tidak familiar dengan XBox, tapi sedikit diajarkan saja kemampuannya sudah hampir mengalahi dua bocah lelaki yang sudah bermain dari orok. Kurang jam terbang saja, barulah tidak dipandang sebelah mata lagi.

Jongin berdalih, "Itu hanya keberuntungan pemula."

Soojung kemudian bangkit dan memukul bahunya sebelum Jongin bisa melindungi diri. Ia pikir itu karna tinggi badannya yang terus tumbuh, atau bagaimana perawakannya berubah semakin dewasa seiring dengan hari yang berlalu, Soojung tidak yakin, tapi walau bagaimanapun, Jongin berubah. Kadang lebih songong tapi seringkali membuatnya mempertanyakan kerja jantungnya; tiba-tiba terlalu cepat bahkan ada saat dimana ia pikir itu benar-benar berhenti.

"Baiklah, baiklah!" Raung Jongin setelah Soojung tidak menghentikan siksaannya. "Jika mengacau, kau yang akan membayar makan malam hari ini."

Mendengar ancamannya, Soojung tertawa, tapi tetap kembali ke tempat duduknya, siap dengan konsol di tangan. "Mulai saja, Jongin."

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang