19 || est. 1994

2.8K 267 33
                                    

1 9

e s t .   1 9 9 4

more like a highly animated group

✿ㅡ✿

off to ICN airport
2017

"JONGIN!" SUARA JUNMYEON membuatku terperanjat, namun itu adalah bagaimana caranya menepis ponselku yang membuatku ingin menyalak.

Aku sudah memelototinya, tapi kemudian teringat perihal perbedaan umur kami. Alhasil, aku hanya merengek dan bertanya apa yang salah.

"Bisa tidak, mengirim pesan ke Soojungnya nanti saja saat kita sudah berada di pesawat?" Ia berbisik, berdiri terlalu dekat denganku seraya menyeretku menjauh dari wartawan dan fans. "Bagaimana jika layar ponselmu tertangkap kamera?"

Bibirku terpaut ke depan, tidak suka dengan gagasan harus membuat Soojung menunggu sampai aku membalas pesannya. Padahal hanya tinggal ketik kirim saja tadi, tapi aku yakin Junmyeon bakal menyita ponselku bahkan jika aku hanya melirik saja.

Lagipula aku tidak ingin membuat berita putus yang kami karang demi kebaikan bersama itu sia-sia. Soojung sudah mulai mendapat banyak tawaran drama sekarang, hujatan yang dilemparkan padanya juga sudah berkurang, aku tidak ingin menjadi penyebab sakit hatinya lagi meskipun ia sering kali mengatakan padaku bahwa aku tidak perlu merasa bersalah.

"Apa menggunakan foto Soojung sebagai wallpapermu saja belum cukup?" Cecar Junmyeon lagi. "Kalau terus begini, aku harus melarangmu memegang ponsel di bandara nanti."

Aku menarik diri dari genggamannya dan menyembunyikan ponselku ke dalam saku celana, memasang wajah cemberut meskipun aku tahu betul ia melakukan itu untuk kebaikanku sendiri.

"Baik, baik," Aku mengomel. "Sudah, hyung. Puas?"

Merasa tidak tertarik dengan reaksi yang bakal ia berikan, aku berjalan mendahuluinya sebelum ia bahkan sempat menjawab. Soojung bilang aku bakal durhaka jika terus memperlakukannya seperti ini, tapi kemudian aku akan berdalih bahwa Sehun lebih parah.

Menempatkan diri di depan Chanyeol guna bersembunyi dari pandangan Junmyeon, aku meraih ponselku lagi dan nama Soojung sudah berlarian di layar. Seketika itu pula aku langsung menggeser tombol hijaunya dan menarik benda itu ke telinga.

"Halo?" Harus kuingatkan diriku untuk tidak kelewat semangat saat menerima telepon dari Soojung, bisa-bisa gadis itu lari ketakutan nanti.

"Aku baca di internet kalau kau melukai pinggangmu saat tampil?" Pasti akan lebih baik jika dia menjawab salamku atau setidaknya menyenandungkan namaku dulu sebelum langsung ke intinya seperti itu. Tapi, toh, mendengar suaranya saja sudah mampu menenangkan sarafku. "Apa itu benar?"

Kekhawatiran yang terdengar dari suaranya lantas membuatku tersenyum, tapi kemudian buru-buru meringis saat diingatkan perihal cidera yang baru kualami.

"Soojung," Aku merengut. "Sakit."

Bisa kudengar ia menggeram gemas dari ujung sana. Itu bukan niatku untuk membuatnya khawatir, tapi perhatian yang Soojung berikan adalah satu-satunya hikmah yang bisa kuambil dari cidera yang kuderita. Bagaimanapun itu, aku harus bisa menemukan cara untuk memanfaatkannya.

"Lagian bagaimana itu bisa terjadi, sih?" Kini ia mulai uring-uringan dan aku mulai merasa bersalah. "Bukankah sudah kubilang padamu untuk berhati-hati?"

Sontak aku menunduk dan memainkan keliman kemejaku, entah untuk apa kulakukan itu padahal dia tidak bisa melihat.

"Apa kau baik-baik saja sekarang?" Suaranya melembut, bayangan Soojung sedang memijat pelipisnya pun nampak dengan jelas di kepala.

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang