06 || little white lies

4.4K 412 21
                                    

0 6

l i t t l e   w h i t e   l i e s

that moment when their completely disgusting habits become cute or adorable

✿ㅡ✿

jongin's apartment
january, 2018


"HAPPY BIRTHDAY!" JERITKU dari ujung telepon. Tak adanya balasan dari Jongin membuatku merengut. "Baby, jangan bilang kau tertidur pada hari ulang tahunmu?!"

Sebuah suara erangan terdengar diiringi dengan suara gesekan lain. Bisa kubayangkan bagaimana penampilannya sekarang, matanya pasti membengkak karna tidur yang baru saja ia lakukan.

"Soojung? Jam berapa sekarang?" Aku tidak menjawab, secara tidak langsung memberinya kesempatan untuk bangun dan melihat jam sendiri. "Ini belum hari ulang tahunkuㅡOh." Menyadari betapa protektifnya diriku karna rela menelepon pada tengah malam hanya untuk menjadi yang pertama mengucapkan selamat, Jongin terkekeh. "Jam berapa sekarang di Jepang?"

Oh, poor baby. Ia pasti mengira aku masih berada disana.

"Jongin," aku merengut lagi, gemas karna ia tidak memberikan jawaban yang kuinginkan. "Happy birthday!" Senandungku.

"Alrighty, alright, thanks, princess." Ia menyerah, kemudian menguap untuk mengusir rasa kantuk yang datang.

"Apa yang kau lakukan di rumah? Tidakkah teman-temanmu menggelar perayaan atau semacamnya?"

Ada jeda lama sebelum suaranya terdengar lagi. "They got tired of doing it, probably. Lagipula aku akan merayakannya bersama fans besok. Tidak perlu dilakukan dua kali."

Itu menjengkelkan bagaimana ia berpikir kalau tidak ada yang peduli dengannya. Mana ada teman yang bosan menggelar perayaan ulang tahun untukmu?

"Itu berbeda, dasar bodoh." Omelku, diiringi dengan suara tawa Jongin setelahnya. Ingin sekali aku berargumen lebih panjang lagi, namun aku harus ingat apa sebenarnya tujuanku kemari dan bagaimana udara sangat menusuk di luar sini. "Anyway, teman-temanmu mungkin tidak datang, tapi aku disini. Jadi, buka pintunya."

Ada jeda lagi, bisa kubayangkan alisnya menyatu. "Pintu apa?"

Aku tetap memutar bola mataku meskipun ia tidak bisa melihat. "Pintu apartemenmu, Jongin. Aku diluar, cepatlah, dingin."

"Jung Soojung, ini tidak lucu." Bantahnya. Meski begitu, aku yakin ia tetap memanjat keluar dari kasur dan beranjak ke ruang tamu.

"Aku menekan bel sekarang." Sebagai bukti yang tidak diperlukan, karna tak lama setelahnya pintu terbuka dan menampakkan bocah favoritku di bawahnya.

Terbalut dalam kaos putih dan celana tidur panjang bermotif kotak-kotak, aku penasaran kapan ia akan terlihat jelek. Rambutnya yang berantakan akan menutupi seluruh matanya jikalau ia tidak melarikan tangannya kesana.

"Kukira kau bilang kau masih di Jepang?" Raut kaget tidak dapat disembunyikan dari wajahnya.

"Kubilang aku pergi ke Jepang," aku mengoreksi seraya menutup telepon dan memasukkannya ke dalam saku mantel. "Aku tidak mengatakan kalau aku tidak bisa datang pada hari ulang tahunmu."

Senyum jahil yang terpampang di wajahku ternyata tidak berhasil terpantul di wajahnya. Karna begitu menyadari apa yang sedang terjadi, sudut bibirnya tertarik ke bawah sementara tangannya terbentang ke depan. Lebih cenderung seperti memohon agar aku masuk ke dalam pelukannya daripada mempersilakan.

24 hoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang