05. Nindia Virginia Pramono

16.6K 919 42
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa vote dan komen. Juga, jangan lupa tandai typo-nya, ya!

SELAMAT MEMBACA
■■■

Seorang gadis memasuki sebuah rumah dengan senyum yang dipaksakan. Helaan napas lelah terdengar. Namun sedetik kemudian ia tetap masuk.

"Bibi," panggil gadis itu ketika sudah memasuki rumahnya. "Nindia pulang."

Setelah menaruh buku dan tas di kamarnya, Nindia memasuki sebuah kamar di samping kamarnya. Tampak seorang wanita yang ditebak berusia 50-an terbaring di ranjang.

"Nak, bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya wanita itu dengan senyum di wajahnya.

Nindia tersenyum kecil. "Biasa saja. Bibi mau makan apa? Nanti Nindia buat," ujarnya menawarkan.

"Bibi sudah makan," jawab Bibi dengan senyum masih tercetak jelas di wajahnya. "Nindia mau dengar cerita Bibi?"

"Boleh," jawab Nindia.

"Baiklah, berbaringlah dan Bibi akan mulai bercerita." Nindia membaringkan dirinya di samping bibinya.

"Pada suatu hari, seorang wanita tua ditugaskan untuk menjadi pelayan di sebuah gedung yang akan diadakan pesta besar oleh sebuah perusahaan. Wanita itu sangat senang karena gaji yang ditawarkan sangat tinggi. Maka wanita itu menerima tawaran pekerjaan tersebut." Bibi mengawali ceritanya. "Tibalah malam hari, pesta besar dimulai. Tamu undangan sangat banyak, kebanyakan dari mereka sudah berkeluarga." Pandangannya menerawang jauh. "Tapi sayang, pesta itu tidak berlangsung lama."

"Kenapa, Bi?" tanya Nindia penasaran.

"Terjadi kebakaran di gedung itu," jawab bibi sambil menatap Nindia.

Nindia bertanya lagi, "Terus wanita itu?"

"Wanita itu berlari keluar dari gedung melewati pintu belakang dengan susah payah. Namun, ada satu peristiwa penting yang terjadi," kata bibi masih tetap menatap Nindia.

"Apa, Bi?"

"Ketika wanita itu selamat dan sudah cukup jauh dari gedung, seorang pria datang dengan seorang bayi dalam pelukannya."

Entah mengapa jantung Nindia berdegub begitu kencang. Ada perasaan lain yang ia rasakan.

"Lelaki itu memanggil sang wanita dengan panggilan Mba. Akibat panggilan itu wanita tersebut menoleh. Tapi tiba-tiba pria itu berujar Selamatkanlah anakku, berlarilah. Bawalah anakku bersamamu. Seraya menyerahkan anaknya kepada wanita itu. Mau tidak mau wanita itu mengambil anak itu dan menggendongnya, kemudian ia menatap pria itu dengan penuh tanda tanya, seolah mengerti lelaki itu berujar Aku harus menyelamatkan saudaraku di dalam gedung itu." Bibi menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang tidak bisa diartikan sembari melanjutkan ceritanya.

"Tentu saja wanita itu tidak setuju, maka ia menjawab Tidak! Itu berbahaya. Tapi pria itu tetap keras kepala, maka ia berujar Selamatkanlah anakku. Bawalah ia bersamamu. Aku percaya kamu akan menjaganya. Namanya ada di gelang yang ia kenakan. Jangan mencariku, tapi aku yang akan mencari kalian." Tangan Bibi terulur mengusap rambut Nindia.

"Setelah berujar demikian, lelaki itu kembali berlari kedalam gedung itu mencari sosok yang pria itu yakini masih terjebak di dalam api itu. Setelah menatap punggung lelaki itu menjauh, wanita itu dengan bayi dalam pelukannya berlari sejauh mungkin hingga sampai di jalan utama kota. Ternyata Tuhan begitu menyayangi bayi ini sampai mengirim sebuah bus untuk ditumpangi, rupanya bus itu menuju ke sebuah desa yang jauh dari pusat kota dan cukup terpencil, maka wanita itu pun tinggal dan membesarkan bayi itu di desa tersebut." Bibi mengakhiri ceritanya dengan senyum yang terlukis di bibirnya.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang