26. Mobil

9K 577 3
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa vote dan komen, ya. Tandai typo juga.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Nanzia duduk di tempat duduknya dengan pikiran yang tak tentu. Insiden di kantin tadi membuatnya sedikit terganggu. Laura benar-benar mengganggunya. Bukankah sudah ia katakan untuk tidak mengusik ketenangannya?

Ck. Gadis itu rupanya ingin bermain-main dengan Nanzia.

Apakah dia harus menyiapin sebuah hadiah atas keberanian gadis itu?

Rupanya, iya.

Seringai kecil penuh tanda bahaya tercetak di wajah cantik milik Nanzia.

Let's play.

●●●

Laura menatap pantulan dirinya di depan cermin yang menunjukkan bagaimana kacaunya penampilannya saat ini. Saat ini ia berada di toilet wanita untuk mengganti seragamnya yang sudah kotor akibat ulah Nanzia.

Gadis itu benar-benar membuat ia malu di hadapan banyak orang tadi.

Sial, dia rupanya musuh yang sulit untuk di taklukan dan Laura tidak mau jika ia harus kalah dalam permainan ini.

Bagaimana pun juga dialah yang pertama kali mengibarkan bendera perang, maka akan sangat menjatuhkan harga dirinya jika ia harus mundur padahal ini baru saja di mulai.

Tidak.

Ayahnya punya banyak koneksi dan ia memiliki isi kantong yang besar, dengan beberapa lembar uang ia bisa menjatuhkan harga diri gadis sialan itu dengan mudah.

"Gue nggak akan kalah!"

Laura menatap nyalang pantulan dirinya di depan cermin itu sekali lagi.

"Lo harus bertekuk lutut di hadapan gue!"

●●●
Fajar itu sangat benci dengan rengekan manja Laura yang begitu merusak gendang telinganya.

"Aku pokoknya nggak mau jika kejadian tadi terulang lagi. Fajar, dia benar-benar licik!" Suara Laura kembali terdengar dengan nada manja khasnya yang begitu memuakkan.

Fajar mendesah malas. Sungguh, jika tidak mengingat jika Laura ini adalah seorang perempuan, ia tidak akan segan-segan untuk memenggal kepala milik penyihir licik ini.

"Ia dengan tidak tahu malunya menyiram aku dengan bakso murahan itu, Fajar. Kamu harus melakukan sesuatu. Dia bisa saja berbuat lebih ke aku." Laura tetap mengelurkan unek-uneknya pada pria di sampingnya itu.

Tangannya bergelayut manja mencoba meminta perhatian walau nyatanya pria yang berstatus sebagai tunangannya itu tak menghiraukan apa yang ia katakan.

"Fajar! Kamu dengar nggak, sih?" tanya Laura akhirnya.

"Nggak!"

Jawaban Fajar benar-benar berhasil memancing amarah Laura. Gadis itu sudah cukup emosi dengan perbuatan Nanzia saat istirahat pertama tadi dan kini tunangannya tidak peduli padanya.

"Kok kamu gitu, sih? Aku, 'kan—"

"Laura, stop! Gue nggak nyaman ama rengekan manja lo itu!" Pernyataan Fajar membuat Laura terbelalak tak percaya.

"A-apa?" tanya Laura terbata.

"Ck. Gue nggak suka ama lo dan gue sangat terganggu akan kehadiran lo ini." Fajar berujar sambil berdiri. "Jika lo kurang paham ama apa yang gue katakan, biar gue tegasin. Gue muak ama lo! Jadi berhenti bertingkah memuakkan untuk menarik perhatian gue."

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang