Hai, hai!
Jangan lupa vote, komen dan tandai typo, ya.
SELAMAT MEMBACA
■■■"AAHKKK!"
Laura berteriak penuh amarah di dalam kamarnya. Nanzia memang benar-benar berniat melawannya dan kini gadis itu sudah unggul satu langkah darinya.
"Tidak! Gue nggak akan ngebiarin dia menang! Tidak setelah gue berhasil buat dia tekuk lutut di hadapan gue."
Nanzia adalah gadis licik yang penuh dengan akal busuknya. Semua kebusukannya itu ia sembunyikan dengan topeng datar yang selalu ia tampakan. Dengan alibi 'melindungi kembaran gue' yang selalu ia katakan. Padahal nyatanya, dia bersama kembarannya yang sok polos itu bersekongkol untuk menguras dompet tunangannya yang tampan.
Iya, Laura yakin itu.
Laura mengepalkan kedua tangannya erat. Sesaat kemudian ia menyeringai penuh arti. Tangannya dengan lihai mengambil ponsel yang tak jauh darinya dan segera menghubungi seseorang dengan seringai yang masih tercetak jelas.
Setelah nada tunggu beberapa saat, sahutan dari lawan bicaranya terdengar. Bagi Laura tak perlu membalas sahutan itu, tak perlu basa basi dan dengan segera memberitahukan maksud dari panggilan itu.
"Gue punya pekerjaan baru untuk lo."
●●●
Mata Nindia perlahan terbuka menampilkan iris hitamnya yang tampak sedikit redup. Kepalanya sedikit pusing sehingga tanpa sadar ringisan kecil terdengar di wajahnya."Hey, udah sadar?"
Suara lembut dari sisi kanannya membuat ia menoleh. Ada sorot mata dan tatapan penuh arti di sana. Pemilik mata indah itu menampilkan senyum manis yang membuat Nindia pun tersenyum kecil.
Ilham.
Pemuda itu menatap Nindia penuh sayang dan rasa rindu. Dan ketika Gadis itu tersenyum kecil timbullah rasa hangat yang begitu nyaman bagi Ilham.
"Haus? Atau ada hal lain yang lo butuhin?" tanya Ilham penuh perhatian.
Nindia tersenyum semakin lebar. Gadis itu memaksakan diri untuk bangun hingga kembali kepalanya terasa sedikit sakit. Ringisan itu terdengar lagi. Ilham dengan cepat segera membantu Nindia duduk.
"Nin, gue ada di sini. Jangan paksain kalau memang belum bisa."
Tanpa sadar lelaki itu berseru sedikit keras. Nada khawatir dari suaranya tak bisa ia hilangkan. Sedikit kesal pada gadis di depannya ini yang terlalu memaksakan diri.
Ah, sifat Nindia yang satu ini memang sangat mirip dengan kembarannya, Nanzia. Keras kepala.
"Aku tak apa Ilham. Maaf sudah terlalu merepotkanmu." Suara Nindia terdengar sedikit serak, namun senyum gadis itu tak pernah hilang.
"Lo nggak ngerepotin gue, Nindia. Justru jika lo paksain diri lo kayak tadi, gue malah khawatir," seru Ilham menjawab apa yang Nindia utarakan tadi. "Dan maaf, gue bersuara cukup keras tadi." Ilham menunduk penuh penyesalan.
Ah, bagaimana bisa ia meninggikan suara tadi? Padahal Nindia baru saja bangun. Pasti Nindia kaget dan takut padanya.
Tetapi respon yang Nindia berikan hanyalah kekehan manis dan gelengan. Gadis itu menyentuh tangan kiri Ilham hingga pemuda itu kembali menatapnya.
"Aku mengerti," jawab Nindia sambil tersenyum manis. "Kamu pasti khawatir. Lagi pula aku yang memang terlalu memaksakan diri seperti yang tadi kamu katakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Yang Hilang Kembali✓
Teen FictionCover by @jelyjeara_ ----- Bagaimana jadinya jika ternyata kamu memiliki seseorang yang selama ini tidak pernah kamu ketahui keberadaannya? Bagaimana jadinya jika ternyata dia adalah separuh dari jiwamu yang selama ini hilang? Bagaimana jadinya jika...