22. Titik Lelah

9.3K 604 1
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa vote dan komen, ya. Tandai typo juga.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Ilham terbelalak akibat kedatangan sepupunya yang kini berbaring nyaman di tempat tidurnya.

"Gue tahu lo rindu berat ama gue," ujar Ilham sambil melepas kemeja sekolahnya.

"Najis!"

"Elah gengsian amat. Si Amat aja nggak gengsi-gengsi amat." Ilham mengambil kausnya asal dan segera memakainya.

Fajar menatap Ilham malas. Terkadang dia heran mengapa sepupunya itu sangat random. Terlalu sering menyelutuk jahil hingga Fajar tidak tahu bagaimana membalasnya.

"Jangan natap gue kayak gitu, entar lo jatuh cinta. Gue nggak tanggung jawab loh, ya."

Lihat, 'kan? Segera saja Fajar melempar bantal ke arah Ilham yang tepat mengenai wajah tampannya.

"Sialan lo!" umpat Ilham kesal.

Lelaki itu mengambil tempat di sisi lain ranjang, duduk menghadap Fajar yang kini menatapnya malas.

"Dalam hal apa nih siang-siang bolong lo datang ke istana gue?" tanya Ilham sambil menatap Fajar dengan rasa ingin tahu.

"Nggak ada yang istimewa sih, hanya saja gue pengen nemuin lo."

Itu bohong, walau memang Fajar sangat mudah memanipulasi ekspresi wajahnya.

"Tuh, 'kan, lo rindu berat ama gue." Ilham menunjuk Fajar layaknya pencuri yang ketahuan.

"Idiot!" umpat Fajar sambil menyingkirkan tangan Ilham yang menunjuknya. "Oh ya, Nindia ...."

"Nindia kenapa? Apa yang terjadi? Dia baik-baik saja, 'kan?" tanya Ilham dengan wajah serius.

Fajar menatap Ilham sesaat. Terlihat jelas Ilham begitu peduli dan khawatir akan keadaan Nindia.

"Ah nggak, gue hanya penasaran aja. Nindia itu nguasai bela diri apa?" tanya Fajar tanpa melihat ke arah Ilham yang kini menatapnya bingung.

"Bela diri? Nindia?" Bukannya menjawab, Ilham malah balik tanya.

"Hm," jawab Fajar sambil mengangguk.

Ilham menatap Fajar bingung, sedetik kemudian ia berujar, "Ah, maksud lo Nanzia?"

Fajar terdiam. Wajahnya mendadak kaku. "Bukan, tapi Nindia."

Ilham menepuk lengan Fajar pelan.
"Yaelah Jar, Nindia anaknya polos banget. Nggak kayak si Nanzia yang orangnya emang nggak ada kalem-kalemnya." Tawa Ilham terdengar. "Tapi mah walaupun kayak gitu, Nanzia tetap aja orang yang dingin tapi peduli."

"Kita ngomongin Nanzia atau Nindia, sih?" tanya Fajar sedikit kesal.

"Gini Jar, gue bilang ke elo. Yang jago bela diri itu Nanzia. Bukan Nindia," ujar Ilham membuat Fajar terdiam. "Yang gue tahu Nanzia itu udah tingkatan senior sekitar 4 bela diri kalau nggak salah. Coba gue ingat silat, karate, taekwondo, dan judo. Benar, keempat itu udah ia kuasai semua."

Fajar menatap Ilham dengan wajah datarnya. Tak ada ekspresi yang ia tunjukin.

"Nah, kalau si Nindia yang ada polosnya doang."

"Lo nggak bohong, "kan?" Fajar memalingkan wajahnya, tak ingin menatap Ilham.

"Emang gue dapat apa kalau ngebohongin lo?"

●●●

"Zii ...."

Nanzia menoleh, menatap Nindia yang kini berdiri di depan pintu kamarnya.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang