16. Pemikiran Fajar

9.7K 620 11
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa vote, komen dan menandai typo, ya!

SELAMAT MEMBACA
■■■

"Katanya, Fajar terjebak janjinya semasa kecil. Aku nggak tahu jelasnya, yang aku tahu Fajar membuat janji dengan cinta pertamanya itu. Bukankah ini romantis?"

Kalimat Nindia membuat Nanzia tidak bisa tidur. Bukan hanya itu, kalimat yang Ilham katakan padanya juga membuat ia berfikir keras. Ada banyak pertanyaan yang tidak bisa Nanzia jawab. Juga, ada perasaan yang berkecambuk sehingga membuatnya meragu tanpa sadar. Mendadak, Nanzia yang bisa segera mengambil keputusan tanpa ragu merasa gelisah dengan berbagai tanda tanya yang memenuhi pikirannya.

"Gue udah terlanjur membenci dia, tapi kenapa sekarang kenyataan mengatakan bahwa Ayal adalah Fajar? Bagaimana bisa?" Kepala Nanzia menjadi sakit akibat memikirkannya. "Gue harus apa?"

Nanzia mengacak rambutnya sendiri sebelum menghela napas berat. Tanda jika dirinya merasa frustrasi.

"Ah, bodoh amat! Mau Ayal adalah Fajar atau bukan, gue nggak peduli. Yang jelas orang yang udah berani ngusik ketenangan gue adalah orang yang harus gue singkirkan! Terlebih jika itu ada hubungannya dengan Nia!" tegas Nanzia pada dirinya sendiri.

●●●

Nanzia mendudukkan dirinya di tempat duduknya. Saat ini, belum ada teman sebangkunya dan itu membuat Nanzia mengucap syukur. Menikmati pagi tenangnya, Nanzia memejamkan mata sambil meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan menjadi bantal.

"ADA HUBUNGAN APA LO SAMA ILHAM?!"

Teriakan itu membuat Nanzia membuka matanya. Mendadak perasaannya tak enak. Dengan cepat ia berlari menuju ke sumber keributan. Bisa Nanzia lihat, di sana ada Nindia yang menunduk dengan Fajar yang kini wajahnya merah padam akibat emosi.

"GUE TANYA, ADA HUBUNGAN APA LO SAMA ILHAM HERMAWAN!" teriak Fajar membuat tubuh Nindia gemetar.

Kesal karena tak mendapat jawaban, tangan Fajar terulur untuk menarik rambut Nindia kuat. Hal itu membuat Nindia meringis dengan air mata yang menetes. Mata Nanzia menajam.

"Bangsat!" umpat Nanzia marah.

Dengan gerakan cepat Nanzia menendang rahang Fajar kuat membuat tubuh lelaki itu mundur beberapa langkah. Ada darah yang keluar dari mulut lelaki itu yang segera Fajar ludahkan.

"Sialan lo! Gue nggak ada urusan sama lo, Setan!" Murka Fajar membuat suasana menegang. Aura Fajar begitu kuat membuat nyali siapapun menciut.

Tetapi tidak untuk Nanzia. Kini gadis itu mengeluarkan aura membunuhnya. "Urusan Nia, urusan gue!" tegas Nanzia dingin.

"Bangsat! Gue nggak peduli ama lo!" Fajar menunjuk Nanzia dengan tatapan penuh emosi.

"Nia, pergi!" perintah Nanzia pada kembarannya yang dibalas dengan gelengan keras. "Pergi!" tegas Nanzia dengan pandangan menajam yang membuat Nindia mau tak mau menurutinya.

"Sini lo! Urusan kita belum selesai!" ujar Fajar melihat Nindia yang pergi meninggalkan mereka. "Bangsat! Gue nggak ada urusan ama lo!" Tatapan Fajar sangat tajam.

"Ngusik Nia, ngusik gue juga!" ujar Nanzia sambil menatap Fajar tajam. "Jauhi Nia!" Perintah gadis itu dengan nada mutlak.

Mencoba meredam emosi yang menguasainya, Fajar akhirnya menghela napas. "Ada hubungan apa Nindia dengan Ilham?" tanya pria itu akhirnya.

"Urusan lo?" Bukannya menjawab, Nanzia malah balik tanya. Gadis itu menarik kerah kemeja Fajar kasar. "Tanya ke Ilham!" kata Nanzia sambil menepuk pelan pundak kiri Fajar seolah tengah membersihkan debu yang nyatanya tak ada. "Jangan ganggu Nia karena itu sama dengan lo buat perang dengan sepupu lo sendiri," ujar gadis itu sebelum mengucapkan satu nama. "Ilham."

Setelah berujar demikian Nanzia berbalik. Namun baru beberapa langkah ia berhenti dan berujar, "Jika lo ganggu Nia lagi, bukan hanya gue yang akan ngabisin lo. Tapi Ilham juga. Karena Nia adalah prioritas utama Ilham." Nanzia melirik sekilas pada Fajar yang mematung di tempat. "Maka berhati-hatilah!"

●●●

Fajar berdecak kesal untuk yang kesekiankalinya. Sekali lagi dia mencoba menghubungi seseorang tetapi kembali, operatorlah yang menjawab panggilannya.

"Shit! Bocah itu kemana, sih?" Fajar mengerang penuh kekesalan.

"Lo kenapa, Dude?" tanya Bagas yang memang sudah pusing akibat tingkah sahabatnya itu.

"Ilham nggak angkat panggilan gue!" ujar Fajar membuat Bagas menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo kepikiran kalau Nindia itu adalah first love lo?" tanya Bagas membuat Fajar terdiam.

Wajah lelaki itu menegang. Ada keraguan di dalam manik matanya. "Gue nggak tahu." Suara Fajar melemah, Bagas menatap sahabatnya dengan penuh perhatian.

"Lo coba ke rumah Ilham aja. Barang kali lo bisa nemu jawabannya di situ." Bagas memberikan yang membuat Fajar menatap penuh perhatian. "Boleh jadi Nindia adalah Nanianya lo. Nanzia aja manggil dia Nia, 'kan?" ujar Bagas seolah memberi semangat.

"Benar. Lihat, Nindia dan Nania? Bukankah ini adalah pertanda yang bagus?" Manik Fajar berbinar. Ada kerinduan yang terpendam dari sorot mata pemuda itu. "Tapi, dengan semua yang udah gue lakuin ke dia apakah dia bisa nerima gue? Gue udah nyiksa dia, Gas. Dan itu semua mustahil buat dapetin dia lagi. Lo 'kan tahu gimana cintanya gue ke dia," ujar Fajar.

"Coba aja dulu. Lo nggak akan nemu jawabannya jika lo belum coba." Bagas menepuk pundak Fajar. "Nggak ada yang mustahil di dunia ini, Kawan. Boleh jadi, she is your destiny, right?"

●●●
Ilham membuka matanya, mencoba membiasakan netranya dengan cahaya lampu kamar. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang berada di atas nakas dan betapa kagetnya ia melihat notifikasi yang muncul. Ada 73 panggilan tak terjawab dari Fajar, 6 panggilan tak terjawab Nanzia, 103 pesan dari Fajar, 7 pesan dari Nanzia, dan 3 dari Nindia.

"Lah, si Fajar kenapa sampai ngehubungin gue segitunya?" tanya Ilham bingung.

Tetapi, bukan menghubungi Fajar, pria itu malah membuka pesan dari Nindia terlebih dahulu.

From: Nindia

Ilham, kamu sibuk?

Ada yang ingin aku bilang, tapi rupanya kamu sibuk.

Hubungi aku balik yaa kalau udah nggak sibuk.

Ilham terdiam membaca tiga pesan dari Nindia. "Nindia kenapa, ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. Dengan cepat ia membalasnya.

To: Nindia

Maaf tadi aku ketiduran. Ada apa?

Setelah memastikan pesannya sudah terkirim, Ilham beralih pada pesan Nanzia yang intinya adalah jika ternyata Fajar berhasil membuat Nanzia emosi. Setelah membalas pesan dari sahabatnya dengan penuh permintaan maaf dan sogokan martabak, Ilham beralih pada pesan-pesan dari Fajar yang jumlahnya 103. Entah pesan jenis apa yang dikirim bocah itu. Ilham tidak benar-benar membaca pesan itu. Ia hanya membaca pesan-pesan terakhir yang membuat pria itu terdiam.

From: Ayal Gila

..................

Ada hubungan apa lo ama Nindia?

Dia pacar lo hingga lo harus nganterin dia?

She is yours?

Balas pesan gue!

Kening Ilham mengernyit ketika membaca pesan tersebut. Bingung sendiri mengapa Fajar sangat mendesaknya agar menjawab pertanyaan tentang hubungannya dengan Nindia. Belum sempat Ilham mengetik pesan balasan, sebuah notifikasi muncul.

Dan itu dari orang yang sama, Fajar Baasith Hermawan.

Gue otw!

■■■

To be continue~

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang