32. This is Me

8.7K 571 10
                                    

Hai, hai!

Seperti biasa, jangan lupa vote, komen dan tandai typo, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Akhirnya Fajar sampai di kantin dengan sedikit terengah akibat berlari dari atap, namun hal itu tidak ia pikirkan. Kini pikirannya fokus ke arah yang menjadi pusat perhatian seisi kantin.

Ingin mengetahui lebih atas apa yang membuat kantin menjadi ramai seperti ini, Fajar melangkah mendekati ke pusat perhatian. Akibat tak memperhatikan sekitar, ia malah menabrak orang yang ada dihadapannya.

"Sorry sorry  ... Gue nggak —Nindia?"

Nindia sedikit kaget karena ternyata orang yang menabraknya adalah Fajar. Gadis itu sedikit memberi tempat kepada sosok yang kini menatap penuh ke arahnya.

"I-iya, nggak papa kok."

Fajar sedikit tersenyum melihat Nindia yang kini segera mengalihkan pandanganya ke depan.

"Apa yang terjadi?" bisik Fajar yang sudah berdiri di sisi kanan Nindia.

"Oh? Itu ... Nanzia dan Laura ...."

Jawaban Nindia membuat Fajar mengarahkan fokusnya ke depan. Menajamkan atensi agar bisa melihat apa yang dilakukan oleh kedua gadis itu.

Tampak Nanzia memegang gelas minuman dengan tubuh yang sudah basah. Fajar tebak pasti itu ulah Laura. Rupanya Laura benar-benar ingin berurusan dengan Nanzia.

Sedetik kemudian gelas itu Nanzia lempar ke arah lantai. Tatapan Nanzia memang benar-benar penuh emosi. Dia sudah sangat marah.

"Ziaa ...."

Panggilan lemah dari sisi kiri Fajar membuat lelaki itu menoleh. Tubuh Nindia bergetar takut akan aksi dari kembarannya itu.

Sedikit heran mengapa sifat mereka begitu bertolak belakang. Nindia yang lemah lembut, pendiam, dan tak banyak tingkah. Sedangkan Nanzia begitu keras, dingin, dan tak terduga.

Tanpa aba-aba Fajar menepuk pundak Nindia bermaksud memberi kenyamanan agar Nindia tidak begitu tegang.

"Nanzia pasti baik-baik saja." Suara berat Fajar menyapa indra pendengaran Nindia.

Nindia sedikit menoleh, kemudian ia mengangguk. "Semoga Nanzia bisa mengontrol emosinya."

Di sana, di antara Nanzia dan Laura. Tampak Nanzia menatap Laura dengan sorot datar namun penuh akan kabut emosi sedangkan Laura meringis kesakitan.

Sedetik kemudian Nanzia menarik Laura hingga gadis itu sudah tepat berdiri di hadapannya. Tangan gadis itu dicengkram erat dan penuh maksud menyakiti oleh Nanzia.

"Aahk! Sa-sakit ...." rintih Laura.

Mereka dengan jelas mampu mendengar Laura merintih, bahkan kini dengan spontan Fajar memegang tangan Nindia bermaksud menenangkan.

Namun, saat ini Nanzia memang menulikan pendengarannya. Bahkan kini terlihat ia jambak rambut Laura membuat gadis itu mendongkak.

"Akhh!! Nan ... Nan ... Sa-kit!"

Dilepasnya cengramannya di tangan Laura dan dia melepas jambakannya. Namun, aksi itu tidak berhenti di situ. Kaki kanan Nanzia menendang kaki Laura hingga membuat gadis itu jatuh. Dan naas, telapak tangan Laura yang dimaksud untuk menopang keseimbangan tubuh gadis itu, malah menekan beling akibat dari gelas yang tadi di lempar Nanzia.

Dan malangnya lagi, sebelum telapak tangan itu diangkat oleh Laura, sepatu mahal milik Nanzia mendarat di punggung tangan Laura yang membuat beling di tangan gadis itu malah makin tertancap.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang