Hai, hai!
Seperti biasa, jangan lupa vote, komen dan tandai typo, ya.
SELAMAT MEMBACA
■■■Mobil kesayangan Nanzia terparkir rapi di parkiran sekolah SMA Bakti Nusantara. Pintu mobil terbuka dan keluarlah Nanzia dan Nindia. Nindia mempercepat langkah agar berjalan beriringan dengan Nanzia. Kembali, keduanya menjadi pusat perhatian.
Nindia sedikit melirik ke arah Nanzia. Ia belum terbiasanya menjadi sorotan publik begini. Berbeda dengan kembarannya yang memang merupakan the most wanted di sekolah lamanya.
Seolah mengetahui apa yang Nindia rasakan, Nanzia menggenggam tangan Nindia dengan berbisik, "Tenang. Ada aku."
Nindia tersenyum, segera saja ia membalas genggaman Nanzia. Kini ia tak sendiri lagi. Ada saudarinya, kembarannya, Nanzia yang akan selalu bersamanya.
Nanzia mengantar Nindia ke kelasnya yang memang hanya bersebelahan dengan kelasnya. XI IPA 2. "Istirahat aku akan ke kelasmu." Setelah berujar demikian Nanzia berjalan ke kelasnya.
Nindia menatap punggung Nanzia yang kini sudah memasuki kelasnya. Gadis itu tersenyum kecil melihat bagaimana Nanzia sangat menjaganya, rasanya Nindia sangat terlindungi. Gadis itu hendak berbalik untuk masuk ke kelas. Namun, sebuah tangan mengenggam lengannya hingga membuat Nindia mau tak mau menghadap sang pemilik tangan.
Itu Fajar.
Sontak saja Nindia panik dan berusaha membebaskan lengannya yang digenggam cukup kuat oleh lelaki itu. Namun sia-sia, tenaga Fajar jelas lebih besar dibanding dirinya.
Menyerah, Nindia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, "A-ada apa?"
Fajar menatap Nindia dengan sorot mata penuh arti. Pelan, pria itu bertanya, "Apa kabar?"
Nindia menatap Fajar bingung. Apa kabar? Apa Fajar salah makan hari ini atau Fajar salah minum obat? Mungkin ia terbentur sesuatu? Pasti salah satu dari pemikiran itu ada yang benar dan Nindia yakin itu. Ada yang salah dengan Fajar hari ini.
"B-baik," jawab Nindia dengan sedikit ragu.
"Syukurlah." Fajar menghela napas pelan. "Belajarlah dengan baik." Sebelum pergi, Fajar mengusap pelan puncak kepala Nindia hingga membuat gadis itu mematung.
Tanpa sadar Nindia memegang puncak kepalanya sendiri dan melihat punggung Fajar yang kian menjauh. "Aku yakin ada yang salah dengan Fajar hari ini."
●●●
Aleta datang membawa pesanan Nindia dan Nanzia. "Ini dia, Siomay pesanan si kembar," ujar Aleta hingga membuat Nindia terkekeh dan Nanzia memutar bola matanya."Makanlah." Nanzia mendekatkan Siomay itu ke arah Nindia.
"Loh, Zia gimana?" tanya Nindia bingung.
"Makanlah." Tak menghiraukan ucapan kembarannya, Nanzia malah bangkit hendak membeli sesuatu. "Aku akan segera kembali."
Nindia mendengkus kesal. "Selalu saja begitu."
"Itu tandanya Nanzia sayang banget sama kamu." Aleta menatap Nindia yang kini balas menatapnya.
"Aku tahu, tapi jang—"
"Pesan apa?"
Suara bariton itu membuat ucapan Nindia terpotong. Fajar lagi. Lelaki itu duduk di tempat Nanzia tadi sambil menatap Nindia dengan senyum kecil.
"Ka-kamu ngapain di sini?" tanya Nindia kaget.
Aleta tersedak minumannya karena kagetnya melihat Fajar yang duduk di hadapannya dan berbicara lembut kepada Nindia yang selama ini selalu dianggap hama pengganggu oleh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Yang Hilang Kembali✓
Teen FictionCover by @jelyjeara_ ----- Bagaimana jadinya jika ternyata kamu memiliki seseorang yang selama ini tidak pernah kamu ketahui keberadaannya? Bagaimana jadinya jika ternyata dia adalah separuh dari jiwamu yang selama ini hilang? Bagaimana jadinya jika...