36. Amarah dan Berdarah

9.3K 599 16
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Jangan lupa untuk menandai typo juga, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Ini jam pulang sekolah sehingga terlihat banyak siswa yang berhamburan keluar dari lingkungan sekolah.

Tetapi tidak untuk kelas XI IPA 3. Banyak murid-murid yang berkumpul di ruang kelas itu dan dengan satu titik yang menjadi pusat perhatian.

Terlihat dua orang berbeda jenis kelamin yang tengah berdiri berhadapan sambil saling memberi tatapan tajam.

"Apa mau lo?"

Akhirnya salah satu dari mereka membuka suara dengan volume rendah namun terkesan datar.

Lelaki itu, Fajar, berdecak kesal sambil melempar tatapan tak suka kepada lawan bicaranya. "Bukannya gue udah bilang ke lo bahwa lo udah keterlaluan selama ini?" Tidak ada sahutan yang terdengar hingga membuat Fajar melanjutkan "Nanzia, jangan seperti ini."

Nanzia melipat tangannya bersedekap dada. Gadis itu berdecak tak suka tanpa membalas ucapan Fajar.

"Lo boleh nggak ngomong ke gue, lo boleh ngebenci gue. Tapi, jangan ngelakuin itu ke Nindia," ujar Fajar membuat mata Nanzia memincing. "Dia saudara lo! Kembaran lo! Dan lo ngejauhi dia tanpa sebab yang jelas."

"Gue nggak!" Nanzia membela diri.

"Lo iya!" Kembali Fajar berujar tegas. "Lo ngelakuin itu!"

"Apa peduli lo?" Nanzia bertanya tajam.

"Jelas gue peduli. Lo buat orang yang gue sayang jadi murung dan gue nggak suka itu!" kata Fajar dengan napas yang memburu. Pria itu mencoba meredam emosinya agar tidak meledak.

Nanzia terdiam beberapa saat mendengar penuturan Fajar.

Orang yang dia sayang?

Nanzia menatap Fajar dengan wajah yang lebih datar. "Omongan lo nggak penting. Gue pergi."

Nanzia berbalik hendak melangkah pergi keluar kelas.

"Nanzia!" panggil Fajar dengan nada frustrasi yang terdengar jelas.

Suara itu membuat langkah Nanzia terhenti, tetapi gadis itu tidak berbalik.

"Bisa nggak sih lo peduli ke orang lain?" Suara Fajar merendah. "Nindia peduli ke elo. Nindia sayang sama lo dan dia nggak mau lo jauhin kayak gini. Bisa nggak lo mikirin perasaan dia?"

Nanzia berbalik dengan tatapan yang lebih dingin dari sebelumnya. "Dan gue?"

Fajar terdiam. Tidak membalas ucapan gadis yang berada di hadapannya karena sadar jika ucapan itu belum selesai.

"Lo nyuruh gue mikirin perasaan orang lain, peduli ke orang lain, iya 'kan?" tanya Nanzia dengan senyum kecut di sudut bibirnya.

Fajar tidak menyahut karena ia tahu pertanyaan itu tidak untuk dijawab.

"Lantas, bagaimana dengan gue?" tanya gadis itu dengan wajah tanpa ekspresi sama sekali.

Fajar terdiam. Sedikit tak menyangka dengan pertanyaan gadis itu.

"Gue udah bilang dari awal kalau gue adalah orang yang berbahaya. Gue bisa ngelakuin hal yang lebih gila ke orang yang berani ngusik ketenangan gue," ujar Nanzia sedikit meninggikan suaranya.

"..."

"Terlebih ke orang yang udah nyakitin Nindia."

Fajar berdecak sebelum berujar, "Bukan itu maksud gue, lo salah paham!"

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang