Hai, hai!
Jangan lupa tinggalkan jejak dan menandai typo, ya!
SELAMAT MEMBACA
■■■"Berhenti ngusik ketenangan gue!" Tatapan Nanzia begitu tajam ditambah suaranya yang datar, dingin dengan nada mutlak tak terbantahkan.
Fajar terdiam menatap manik Nanzia yang menguncinya. Melihat keterdiaman Fajar, Nanzia berbalik. Baru beberapa langkah ia berjalan suara Fajar kembali terdengar memaksa ia berhenti.
"Apakah itu peringatan?" tanya Fajar yang kini suaranya datar.
"Tidak," jawab Nanzia singkat sambil menutup matanya.
"Lantas apa? Gertakan?" Suara Fajar kembali terdengar.
Nanzia terdiam. Masih dengan mata tertutup "Pemberitahuan," jawab Nanzia sambil membuka mata. Tatapannya tajam, dingin dan datar.
"Pemberitahuan?" tanya Fajar tak mengerti.
Nanzia tak menjawabnya. Ingat kalau Nanzia bukan orang yang akan menjawab pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Hal itu membuat Fajar kesal hingga menimbulkan decakan darinya.
"Jelasin ke gue!" perintah Fajar.
"Agar lo tahu," jawab Nanzia singkat.
"Kenapa gue harus tahu?" tanya Fajar.
"Karena itu mengganggu." Nanzia berujar dengan begitu dingin.
"Jika gue nggak mau berhenti?" tantang Fajar.
"Maka jangan kaget," kata gadis itu singkat tanpa penjelasan berarti. Nanzia berjalan meninggalkan mereka yang ternganga melihat itu.
●●●
Fajar terdiam di tengah lapangan basket dengan sebuah bola basket ditangannya. Pikirannya melayang pada kejadian tadi.Nindia Virginia Pramono
Fajar bukan orang bodoh. Ada yang salah di sini. Sosok yang menantangnya seperti bukan Nindia yang ia kenal dengan sebutan si budak sekolah, tetapi seperti orang lain.
"Oy!"
Fajar menatap kesal pada sosok yang kini melemparkan cengiran lebarnya. "Apaan sih lo?"
Bagas Panigoro, sahabatnya sejak bayi itu hanya tersenyum geli pada sahabatnya. "Sensi amat lo. PMS, ya?" Bagas yang tak mendengar balasan dari Fajar pun bertanya, "Eh Jar, gue denger si budak mulai ngelawan, ya?"
"Hm," gumam Fajar mengiyakan pertanyaan Bagas.
"Wow ...," teriak Bagas tiba-tiba. Fajar melempar tatapan kesal kepada Bagas. "Gila, Jar. Lo lihat!"
Bagas mengarahkan kepala Fajar ke arah objek yang dimaksud. Terlihat Nanzia yang berjalan penuh angkuh dengan sebuah minuman di tangannya. Wajahnya datar dengan rambut yang tergerai indah. Rambut itu sesekali diterpa angin dan entah mengapa ada perasaan yang menggelitik Fajar rasakan.
"Gue nggak tahu kalau si budak bisa secantik itu. Kalau gini kemarin-kemarin gue jadi pahlawannya aja," ujar Bagas membuat Fajar menatapnya penuh ketidaksukaan.
"Ngigo lo!"
Bagas mendelik mendengar ucapan sahabatnya itu. "Lo kok sensi banget hari ini? Oh iya lupa, sekarang udah nggak punya mainan."
Fajar melempar bola basket ke sembarang arah. Tetapi rupanya basket itu mengenai lengan Nanzia hingga membuat minumannya tumpah.
"Sial!" umpat Fajar pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Yang Hilang Kembali✓
Teen FictionCover by @jelyjeara_ ----- Bagaimana jadinya jika ternyata kamu memiliki seseorang yang selama ini tidak pernah kamu ketahui keberadaannya? Bagaimana jadinya jika ternyata dia adalah separuh dari jiwamu yang selama ini hilang? Bagaimana jadinya jika...