07. Kejutan

13.6K 795 4
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa tandai typo! Vote dan komen juga, ya!

SELAMAT MEMBACA
■■■

"Ayo masuk," ajak Nanzia melihat Nindia yang hanya berdiam diri di depan rumah. Nanzia mengajak Nindia ke kamarnya. "Ini kamar aku," ujarnya.

"Besar sekali ...," puji Nindia tulus.

"Ini kamar kamu juga."

Tapi ternyata Rahayu membantah ucapan Nanzia. "Tidak, Sayang. Nia akan punya kamarnya sendiri."

"Kan kita bisa berbagi, Ma," protes Nanzia.

"Biarkan Nia memiliki kebebasannya sendiri, Sayang." Tegas Rahayu pada Nanzia yang melayangkan protes padanya.

"Terus Nia tidur di mana?" tanya Nanzia

"Ayo kita lihat kamar kamu, Sweety."

Mereka berjalan menuju ruangan tepat di depan kamar Nanzia. Rahayu mengeluarkan kunci dari dalam sakunya. "Mama tahu, cepat atau lambat kamu akan kembali. Makanya Mama menyiapkan ruangan ini untukmu," jelas Rahayu dengan senyum mengembang.

Rahayu membuka pintu kamar tersebut, dan terlihatlah kamar yang rapi dan bersih. Desainnya tidak jauh berbeda dengan kamar Nanzia. Hanya cat warnanya yang berbeda, kamar Nanzia bernuansa hitam dan putih sedangkan kamar Nindia bernuansa biru langit dan soft pink.

"Kamu suka, Sayang? Kamu ingin warnanya diganti atau desainnya diubah?" tanya Rahayu.

Nindia tersenyum lebar. "Suka, Ma," jawab Nindia jujur. Ia memang menyukai kamar itu.

"Yakin, Ni? Catnya diubah aja." Nanzia mulai berjalan memasuki kamar itu.

"Kok diubah, Zi?" tanya Nindia tidak mengerti.

Nanzia mengedikkan bahunya. "Warnanya terlalu feminim menurutku," ujarnya memberikan pendapatnya.

Tanpa aba-aba Rahayu memukul lengan Nanzia. "Kamu ingin Nia mengikuti gaya tomboymu itu?" protes Rahayu.

Sedangkan Nanzia mengangkat bahunya tak acuh sebagai jawaban.

"Zi, terima kasih. Tapi aku suka warnanya kok," jawab Nindia.

Nanzia menatap saudara kembarnya dengan pandangan menyelidik. "Bukan karena ngikutin ide Mama, 'kan?" tebaknya.

Nindia menggeleng cepat. "Ah? Nggak kok."

"Oke." Nanzia hendak keluar dari kamar Nindia. Tetapi sedetik kemudian ia berujar, "Besok kamu nggak usah sekolah, fokus dulu sama pemakaman bibi."

Nindia mengangguk. "Kamu nggak ikut pemakaman?" tanya gadis itu.

"Aku yang akan bersekolah di sekolahmu selama mama mengurus kepindahanmu ke sekolahku," jelas Nanzia dengan begitu ringan.

"Terus kamu gimana?" tanya Nindia kaget dengan apa yang dikatakan Nanzia.

"Aku cuti sekolah. Untuk beberapa hari ini kamu lebih mengenal kita dulu. Mama gimana, Papa gimana," jawab Nanzia ringan.

"Benar kata Zia, Sayang. Kamu butuh beradaptasi dulu disini." Rahayu mendukung pendapat Nanzia.

Nindia mengangguk patuh. "Baiklah."

"Mana buku catatanmu?" pinta Nanzia. Nindia berjalan mengambil tas yang berisi buku-buku pelajarannya dan memberikannya kepada Nanzia. "Oke. Aku ke kamar dulu. Nanti kalau kamu mau kesana, ketuk pintu aja." Nanzia berjalan keluar kamar.

"Beristirahatlah, Sayang." Rahayu mencium kening Nindia sebelum keluar kamar.

●●●
Nindia turun dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan pagi ketika tadi seorang pelayan membangunkannya. Dengan langkah ragu-ragu ia berjalan menuju ruangan yang dimaksud.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang