17. Jawaban Ilham

9.4K 604 8
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa vote, komen dan tandai typo, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Fajar itu bukan orang yang sabaran kalau ada yang mengganggu pikirannya. Seperti saat ini. Setelah mengirim pesan singkat kepada sepupunya yang tak lain adalah Ilham, kini lelaki itu melajukan motor sportnya ke rumah Ilham.

Beberapa menit di atas motor bagai beberapa hari bagi Fajar. Entahlah, karena kini pikirannya hanya tertuju pada satu pertanyaan. Apakah Nindia adalah Nanianya?

Sampailah Fajar di depan rumah Ilham, tanpa aba-aba segera ia masuk dan menuju kamar sepupunya itu, kemudian membuka pintunya.

"Lo kenapa, sih?" tanya Ilham akhirnya emosi karena lagi-lagi ada yang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk.

Ingat bukan jika tempo hari Nanzia melakukan hal yang sama? Sekarang Fajar. Ada apa dengan dua orang ini? Suka sekali membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Padahal itu bukan hal yang besar.

Fajar terdiam, wajahnya mengeras. "Ada hubungan apa lo ama Nindia?" tanya pria itu tanpa basa-basi.

"Lo tahu?" Bukannya menjawab Ilham malah balik bertanya.

"Lo ngantar dia ke sekolah tadi dan gue lihat," ujar Fajar membuat Ilham terkekeh malu. Sepupunya itu sekarang senyum-senyum sendiri bagai orang kasmaran dan itu malah membuat Fajar makin tak tenang.

"Ilham," panggil Fajar dengan pelan.

Ilham kembali terkekeh sebelum membalas, "Kenapa?"

Ada jeda lama di antara dirinya dan Ilham. Hingga setelah menghela napas, Fajar bertanya, "Dia adalah prioritas utama lo?"

"Tentu saja," jawab Ilham tanpa ragu dan itu berhasil membuat Fajar terdiam. "Dia adalah prioritas utama gue sekarang dan nanti," lanjutnya tanpa menyadari perubahan dari raut wajah sepupunya.

●●●
Flashback On :

"Ilham, aku mau tanya."

Fajar kecil berjalan menuju ke arah Ilham yang kini sibuk dengan kartun di layar televisi. "Tanya aja," jawab Ilham tanpa mengalihkan pandangan.

Dengan pandangan menghadap ke lantai, Fajar bertanya, "Nania apa kabar?"

Kini mereka sudah kelas 6 Sekolah Dasar dan selama ini pula Fajar belum bertemu lagi dengan gadis kecil yang beberapa tahun lalu diberinya hadiah ulang tahun.

"Baik," jawab Ilham santai. Fajar berdecak kesal. Tak puas dengan jawaban Ilham. "Ayal, Nan baik-baik aja. Dia sekarang sibuk dengan latihan bela dirinya," jelas Ilham menambah jawabannya.

"Bela diri?" ulang Fajar tak percaya

"Iya. Kata Nan, dia ingin menjadi kuat agar bisa menjaga dirinya sendiri dan agar aku nggak khawatir. 'Kan kamu tahu, Nan itu peritoritas utama aku dari dulu," ujar Ilham.

"Prioritas, Ilham," koreksi Fajar yang hanya dijawab anggukan tak peduli dari Ilham.

"Iya, pokoknya itu."

Flashback Off.

Fajar menutup matanya. Kenangan masa lalu terbayang di pikiran Fajar. Mengapa semua menjadi sulit sekarang? Sungguh, Fajar tidak pernah berfikir bahwa kisah cintanya harus menjadi rumit seperti saat ini. Kalimat yang Ilham ucapkan tadi masih sama dengan ucapannya beberapa tahun lalu. Hingga sampai kapan pun Nania adalah prioritas utamanya.

Sungguh, jika harus bersaing dengan sepupunya itu jelas Fajar sudah kalah telak. Ilham selalu ada untuk Nania. Bahkan Ilham selalu mengutamakan Nania dibandingkan apapun, termasuk dirinya sendiri. Sedangkan dirinya sendiri, jangankan menjaga, Fajar bahkan adalah orang yang selama ini menyakiti Nanianya.

Haruskah Fajar mundur saja?

Ini sungguh sulit. Bagaimana bisa dia mendapatkan hati Nindia sedangkan ia adalah orang yang melukai hati itu? Bagaimana bisa dia berdiri disamping Nindia jika nyatanya Ilham sudah menempati posisi itu? Terlebih munculnya Nanzia yang akan mempersulit semua ini. Tentu saja Nanzia akan menghalangi langkahnya karena dia sudah membuat hidup Nindia menderita.

Maka jangan tanya "bagaimana" lagi jika jawabannya sudah sangat jelas. Posisi untuk Fajar di hati Nindia sangat mustahil sekarang.

"Mengapa cinta pertama selalu sulit, sih?" Suara Fajar terdengar frustrasi. "Apa gue harus mundur aja?"

Fajar menggeleng keras. Tekadnya sudah bulat sekarang. "Nggak! Sekalipun gue harus mati di tangan Nanzia atau Ilham, gue akan dapetin Nindia. Gue harus perjuangin cinta pertama gue," katanya dengan penuh keyakinan.

Nindia harus Fajar dapatkan. Nanianya harus Fajar genggam.

●●●
"Oke, sekarang jelasin ke gue!"

Ilham mengerang frustrasi dengan sikap sahabatnya ini. Nanzia dari tadi hanya diam sambil menghabiskan martabak pesanan gadis itu.

"Nan!" panggil Ilham dengan suara yang meninggi.

Setelah meminum air putih, Nanzianya bertanya dengan tiba-tiba. "Fajar nemuin lo?"

Ilham mengangkat satu alisnya sebelum menjawab, "Iya, tadi sore dia ke sini."

Nanzia memasang wajah datar. "Lalu?" tanya gadis itu meminta penjelasan.

Walau bingung Ilham tetap menjelaskan. "Dia nanyain apa hubungan gue dengan Nindia. Ya, gue jawab kalau Nindia adalah prioritas utama gue sekarang."

Nanzia mengangguk dengan wajah datar tanpa ekspresi berarti walau nyatanya perasaannya menjadi gelisah dengan pikiran yang mulai berkecambuk.

Melihat tingkah tak  biasa dari sahabatnya, Ilham bertanya, "Nan, lo kenapa?"

Gadis itu menggeleng dan belagak sibuk dengan martabak yang ada di depanya. "Hanya itu?" tanya Nanzia lagi sebelum menggigit sepotong martabak.

"Iya," jawab Ilham "Emang kenapa, sih?" desak pria itu tak tahan juga.

Nanzia tidak menjawab. Bukan karena tidak bisa menjawab, hanya saja entah. Firasatnya aneh sekarang. Seolah mengatakan bahwa ada yang akan terjadi dan Nanzia harap itu bukan hal yang buruk.

■■■
To be continue~

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang