30. A Reason

8.5K 555 6
                                    

Hai, hai!

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote, komen dan tandai typo, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Fajar menatap heran tempat duduk di sampingnya. Ada tas dari pemilik tempat duduk itu tetapi sang pemilik tidak berada di sana.

Apa dia bolos?

Kembali Fajar berusaha fokus pada pelajaran yang tengah diterangkan. Namun, tetap saja, seberapa keras ia mencoba untuk tetap fokus, pikirannya tidak akan bekerja sama, dan malah memikirkan ke mana perginya teman duduknya itu.

Sial! Dia ke mana, sih?

Ada kekhawatiran tak beralasan yang ia rasakan. Satu jam pelajaran selepas istirahat pertama tadi terbuang sia-sia hanya karena memikirkan sosok yang entah ada di mana.

Tersisa 3 jam pelajaran sebelum istirahat kedua dan Fajar sudah tidak bisa menahan diri untuk tetap berpura-pura fokus pada apa yang tengah dijelaskan. Segera saja ia mengangkat tangan dan berdiri.

"Ya? Fajar Baasith, ada yang tidak jelas?" tanya sang guru.

Ayolah, jangankan bingung, gue aja nggak tahu apa yang lo jelaskan.

"Enggak, Pak." Fajar meringis tertahan. "Saya hanya mau minta izin ke toilet."

"Kamu ini. Ya sudah cepat bereskan urusan kamu dengan toilet."

Tanpa membuang waktu lagi Fajar segera berlari keluar kelas itu. Kakinya ia bawa untuk menelurusi seluruh penjuru sekolah ini dengan alasan gila, mencari teman sebangkunya.

Hei! Kenapa gue harus repot mencari anak itu?

Tiba-tiba, suara dari pikirannya membuat langkah kaki itu terhenti.

"Iya ya, kenapa juga gue harus mikirin si anak itu?" tanya Fajar pada dirinya sendiri. "Emangnya apa untungnya gue kalau nemuin dia?" Lagi, ia bermonolog.

Ah, bodoh amat! Gue udah terlanjur keluar dari kelas. Ya udah, bolos aja sekalian.

Kaki Fajar berhenti tepat di atap sekolah. Tempat yang paling nyaman untuk bolos. Namun, ternyata bukan hanya dia yang ada di sini. Tepat di depannya, seorang gadis berdiri, bersandar pada pembatas atap yang membuat rambutnya di permainkan oleh angin-angin nakal.

"Nanzia?"

Entah itu panggilan atau malah sebuah pertanyaan. Tetapi yang jelas akibat dari satu nama itu membuat sang pemilik nama menoleh.

Nggak masuk kelas, eh malah bolos di atap.

Benar, orang yang menimbulkan kekhawatiran tak beralasan pada Fajar adalah gadis ini.

Bukankah itu gila?

"Ngapain lo di sini?" tanya Fajar mendekat ke arah gadis itu.

"Bolos," jawab Nanzia santai membuat Fajar melongo heran.

"Tumben," gumam Fajar tetapi masih bisa didengar oleh Nanzia.

Gadis itu menoleh, menatap tak percaya ke arah Fajar yang kini mengarahkan pandangannya ke arah depan.

"Hn?"

Mendengar gumaman itu dan merasa ada yang melihatnya, jelas Fajar tidak perlu mencari tahu siapa itu karena di sini hanya ada mereka berdua. Maka tentu saja orang itu adalah Nanzia.

"Iya, tumben aja lo bolos. Yang gue tahu  sekasar-kasarnya lo pasti tetap ngikutin pelajaran sampai selesai." Fajar memperjelas maksudnya. "Kecuali alasan penting seperti waktu Nindia pingsan itu."

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang