10. Kesepakatan

12.1K 720 8
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa untuk vote, komen dan tandai typo, ya!

SELAMAT MEMBACA
■■■

Hari sudah beranjak sore, Aleta menatap jam tangannya. "Udah sore banget nih. Aku pamit pulang, ya?" pamit Aleta kepada Nanzia, Nindia dan Ilham.

"Oh iya. Ini udah mau malam. Tapi Let, kamu pulang naik apa? Kan tadi datangnya bareng Zia. Atau Zia mau anterin Leta lagi?" tanya Nindia kepada kembarannya.

"Ilham," panggil Nanzia seolah alarm di telinga Ilham.

"Aduh Nan, ngekode amat lo ngusir gue." Ilham berdecak kesal kepada sahabatnya itu yang mana membuat Nanzia menatap tajam padanya. "Iya Nan, iya. Nggak usah natap gitu juga kali, gue mah ngerti." Ilham pun bangkit mengambil kunci motornya.

Nindia dan Aleta menatap bingung sepasang sahabat itu. "Kalian ngomong apaan, sih?" tanya Nindia akhirnya.

"Gini Nin, eh gue manggil lo apa? Nindia atau Nia? Dan lo Nan, lo tetap gue panggil Nanzia, ya? Dari janin gue manggil lo gitu. Kebiasaan mah udah ngg--"

"Terserah," balas Nanzia memotong ucapan Ilham.

Nindia menyenggol lengan Nanzia. "Zia ih." Peringat Nindia. "Terserah kamu aja, Ham," ujar Nindia kepada Ilham yang menatapnya horor.

"Jangan!" teriak Ilham hebo.

"Jangan apa?"

"Jangan singkat nama gue jadi Ham. Kedengarannya kayak HAM (Hak Asasi Manusia)."

Mendengar itu Aleta melongo tak percaya, Nanzia memutar matanya bosan, sedangkan Nindia tertawa.

Ilham pun berdecak kesal. "Nin, jangan ketawa."

Nindia mencoba meredam tawanya. "Kenapa?" tanya gadis itu lagi.

Ilham menatap Nanzia takut-takut. Kemudian ia menatap Nindia. "Ketawa lo indah, entar gue jatuh cinta."

Setelah berujar itu ia berlari keluar rumah sambil menarik lengan Aleta. Sedangkan Nindia terdiam dengan wajah yang sudah memerah padam.

"Ilham memang suka becanda. Tapi dia bukan cowok yang gampang ngegombal cewek." Setelah berujar demikian Nanzia bangkit menuju pintu utama rumah untuk mengantar Ilham dan Aleta, meninggalkan Nindia yang terdiam mendengar ucapan kembarannya.

"Yakin lo nggak apa-apa naik motor gue?" tanya Ilham lagi.

"Iya," jawab Aleta sedikit kesal.

"Oke." Ilham pun memasang helmnya. "Nan, gue balik, ya? Sekalian ngantar titipan lo ini. Oh iya, salam ama kembaran lo. Bilang hati-hati."

"Untuk?" tanya Nanzia

"Yeah, hati-hati aja. Gue jago nyulik. Bisa-bisa gue nyulik hatinya."

Nanzia hanya tersenyum tipis mendengar itu.

●●●

"Aku serius. Ziaaaa ...." Nindia merengek sambil berbaring di ranjang Nanzia.

"Hm." Nanzia bergumam tidak jelas. Ini udah yang kesekian kali Nindia merengek padanya hari ini dan dengan alasan yang sama.

"Zia nyebelin. Aku aduin mama!" teriak Nindia kesal.

Nanzia menghela napas lelah. "Nia, dengerin aku. Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Oke kalau aku sekolah lagi dan kamu tetap sekolah di sekolah itu. Tapi, kalau si Fajar-Fajar itu ngeganggu kamu lagi gimana? Dia ngelakuin hal yang bisa nyakitin kamu lagi gimana?" Nanzia menatap Nindia tajam. "Tidak sampai papa selesai ngurus kepindahan kamu."

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang