21. Laura

9.3K 657 8
                                    

Hai, hai!

Jangan lupa untuk vote, komen, dan menandai typo, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Nindia duduk di salah satu kursi kantin dengan gelisah dan dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Bagaimana bisa Fajar selalu mengikutinya dan bertingkah layaknya seorang kekasih? Bukannya senang, Nindia malah risih sendiri.

Bukan hanya itu yang membuat kepala Nindia sakit, semenjak beberapa hari Fajar bersamanya, semenjak itu pula Nanzia mulai menjaga jarak dengannya.

Jika awalnya dia dan Nanzia selalu bersama, tetapi tidak untuk sekarang. Hal itulah yang membuat Nindia sedikit takut. Walau sejauh ini Fajar bertingkah sangat baik padanya.

Kehadiran Fajar yang selalu bersamanya membuat Nindia menjadi pusat perhatian. Tentu saja. Bagaimana tidak jika sekarang, seorang budak sekolah yang selalu menjadi bahan bully, dan kini Sang penguasa sekolah bertingkah sangat romantis padanya.

Ah, apakah mereka tidak tahu jika Nindia sendiri tidak nyaman dengan itu?

"Makanlah yang banyak agar lo selalu sehat."

Suara lembut Fajar sontak saja membuat Aleta tersedak. Astaga, apa Fajar mengalami gangguan kerja otak?

"Kamu tidak apa-apa, Aleta?" tanya Nindia penuh kekhawatiran.

"Tidak. Aku baik-baik saja," jawab Aleta seadanya.

Walau pada nyatanya ia tengah sibuk berpikir bagaimana bisa Si galak Fajar menjadi sangat lembut pada Nindia.

"Syukurlah, aku—"

"FAJAR!"

Suara Nindia terpotong oleh sebuah suara yang menyita perhatian semua pasang mata di kantin itu.

Fajar dengan cepat bangkit dari duduknya begitu melihat siapa yang memanggilnya.
Lain halnya dengan Aleta dan Nindia yang memasang wajah bingung.

Seorang gadis cantik dengan seragam sekolah SMA Bakti Nusantara yang melekat pas di tubuhnya. Rok abu-abu di atas lutut dengan kemeja putih yang sangat membentuk lekuk tubuhnya. Rambut gadis itu tergerai bebas.

Namun, wajah itu begitu asing.

"Aku kangenn ...," ucap gadis tersebut dengan nada manja dan segera memeluk Fajar.

Fajar memasang wajah datarnya. Ekspresinya sangat sulit ditebak.
Dengan suara datar ia berujar, "Lepas!"

Gadis itu kaget. Dengan sedikit enggan ia melepaskan diri dari Fajar.

"Kok gitu?"

"Ngapain lo di sini?" Suara Fajar begitu datar dan dingin.

"Aku? Kamu tanya aku ngapain disini? Tentu saja aku nemuin kamu," jawab gadis itu tanpa ragu.

Fajar diam, menatap gadis itu datar dengan sorot mata tajam.

"Kenapa reaksi kamu kayak gini? Kamu marah ama aku? Kamu nggak suka?" kata gadis itu dengan sedikit menaikkan suaranya.

"Lo pikir aja sendiri." Fajar segera meninggalkan gadis itu dengan menarik lengan Nindia yang terpaku.

"Fajar!" Teriak gadis itu tak terima.

Langkah Fajar dan Nindia terhenti akibat suara gadis itu.

"Jadi dia?" tanya gadis tersebut dengan nada marah. "Jadi karena gadis itu kamu kayak gini ke aku? Iya?"

Dengan langkah pasti dia maju berdiri tepat di depan Nindia. Menilai, ia memandang Nindia dari atas ke bawah.

"Selera kamu menurun, eh?" ejek gadis itu membuat Nindia menunduk.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang