Hai, hai!
Aku balik, heheh.
Jangan lupa untuk vote, komen, dan tandai typo, ya.
SELAMAT MEMBACA
■■■Untung saja Bagas mengerti akan situasi ini sehingga ia berinisiatif untuk mengajak Naufal ke dalam ruang pribadinya dengan alibi "bermain dengan Acha".
Tinggallah Nanzia dengan Fajar yang malah terasa begitu canggung. Tidak ingin terjebak di suasana yang begitu kaku, Fajar berinisiatif untuk membuka pembicaraan.
"Hai," sapanya. "Lama nggak ketemu."
Nanzia sedikit menegang mendengar suara serak milik Fajar. "Hm," gumam wanita itu.
"Gimana kabar lo?" tanya pria itu.
Nanzia menatap lurus ke depan tanpa melihat ke arah Fajar. "Gue ... baik. Lo?"
Fajar mengangguk. "Baik."
Sungguh ingin rasanya Nanzia berteriak kesal kepada pria itu. Ada begitu banyak hal yang ingin ia ucapkan. Ada banyak yang harus ia tanyakan. Dan kini, orang itu sudah duduk tepat di sampingnya.
Namun, kenapa perginya pertanyaan-pertanyaan itu?
"Faj ...." Butuh keberanian yang besar bagi Nanzia untuk bisa menatap wajah pria itu. "Lo ... Ke mana aja selama ini?"
Fajar tersenyum melihat Nanzia yang menatap lurus matanya. "Jepang," jawabnya. "Gue di sana selama 10 tahun ini."
Nanzia terdiam, sedetik kemudian ia menunduk. Tak lagi melihat wajah pria itu yang entah mengapa semakin terlihat tampan dengan pahatan yang lebih tegas dan dewasa.
"Sorry untuk 10 tahun lalu. Gue minta maaf," kata Fajar tiba-tiba.
Nanzia mengangguk tanpa mau melihat wajah pria itu.
Fajar menghela napas panjang sebelum berkata, "Nan, tatap gue."
Nanzia menggeleng dan setelahnya terdengar isak tangis yang tertahan. Hal itu membuat Fajar membeku.
"Ja-hat!"
Tangis Nanzia semakin terdengar membuat Fajar tak kuasa untuk tidak menarik Nanzia ke dalam dekapannya.
Persetan jika lo istri orang!
Di dalam dekapan Fajar, Nanzia malah semakin terisak sambil bergumam kata "jahat" berulang kali hingga Fajar mengeratkan dekapan itu.
"Maaf ... maafin gue." Ada hening yang dibuat oleh Fajar. "Dan terima kasih untuk tidak terluka."
Nanzia tidak tahu jika situasinya akan seperti ini. Dirinya jelas bukanlah tipikal cewek yang mudah nangis. Tetapi entah mengapa sejak kejadian 10 tahun lalu, Fajar adalah titik sensitifnya. Hingga seberapa kuatnya ia menahan diri untuk tidak menangis, Fajar tetap berhasil membuat air matanya jatuh setelah 10 tahun ini.
Beberapa menit kemudian mereka tetap larut dalam suasana. Tak memperdulikan tatapan pengunjung cafè yang mencuri-curi pandang ke arah mereka. Pelukan itu terlepas ketika Nanzia menarik diri dengan wajah menunduk. Dan betapa beraninya Fajar menangkup wajah itu hingga menatapnya. Tak lupa kedua ibu jari lelaki itu mengusap pipi Nanzia untuk menghilangkan jejak air mata di wajah wanita itu.
Perlakuan Fajar membuat wajah Nanzia memerah malu dan itu membuat Fajar tersenyum.
Hening beberapa saat sebelum Fajar kembali membuka suara. "Yang tadi itu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Yang Hilang Kembali✓
Teen FictionCover by @jelyjeara_ ----- Bagaimana jadinya jika ternyata kamu memiliki seseorang yang selama ini tidak pernah kamu ketahui keberadaannya? Bagaimana jadinya jika ternyata dia adalah separuh dari jiwamu yang selama ini hilang? Bagaimana jadinya jika...