43. Akhir Kisah

12.9K 633 17
                                    

Hai, hai!

Silahkan temani Nanzia dan Nindia di akhir kisah mereka, ya!

Tetapi, sebelum lanjut ke kisahnya, boleh dong follow akunnya. Sekalian buat kalian intip-intip ceritaku yang lain. Barangkali ada yang buat kalian jatuh hati juga.

Apa ada yang mau kalian sampaikan ke Nanzia, Nindia, Fajar, atau Ilham? Atau mungkin mau kalian sampaikan ke aku? Boleh banget buat kalian tulis di kolom komentar.

Kalau aku sih mau ucapin terima kasih ke kalian yang sudah membersamai Nanzia dan Nindia di kisah ini. Terima kasih sudah sangat baik menyambut mereka. Terima kasih pula sudah mau bersabar menanti kelanjutan kisah ini. Aku sangat bahagia Ketika Yang Hilang Kembali bisa mendapatkan respon positif dari kalian.

Seperti biasa, jangan lupa untuk vote, komen, dan menandai typo-nya, ya.

SELAMAT MEMBACA
■■■

Seperti yang Ilham katakan beberapa hari yang lalu, Nindia sangat sensitif. Bahkan hal kecil sekalipun bisa membuat istrinya itu marah besar.

Seperti saat ini.

"Aku udah bilang jika teh ini sangat manis! Bagaimana bisa kamu membuat teh semanis ini? Kamu udah lupa takaran gulaku berapa? Kamu udah nggak ingat lagi kebiasaan kecilku itu? Kamu udah lupa sama aku? Kamu udah nggak sayang sama aku lagi? Iya? Jawab Ilham!"

Kepala Ilham berdenyut sakit mendengar omelan istrinya itu. "Sayang, aku nggak lupa. Satu setengah, 'kan? Aku nggak lupa, Sayang."

"Tapi kenapa bisa semanis ini? Bagaimana bisa gula satu setengah bisa sangat manis seperti ini? Kecuali kamu memang sengaja membuatnya jadi sangat manis! Kamu udah nggak sayang sama aku lagi? Kenapa? Aku udah nggak secantik saat masih gadis, 'kan? Kamu mau ninggalin aku? Kamu udah nggak mau sama aku lagi? Iya aku tahu aku bawel, aku nggak cantik, aku nggak seksi, aku jelek. Tapi ... tapi aku ...."

Ilham gelagapan melihat Nindia sudah menangis hanya karena tehnya yang kemanisan (kata Nindia). Beruntunglah sahabatnya sekaligus kakak iparnya itu datang tepat waktu.

"Nia, ada apa? Kenapa menangis?" tanya Nanzia panik ketika melihat kembarannya menangis.

Tatapan membunuh yang Nanzia keluarkan membuat Ilham malah semakin keringat dingin. Ayolah, jangan buat seolah dia adalah pihak paling salah di sini.

"Gue nggak—"

"Zia, apa Nia udah makin jelek, ya? Nia udah nggak cantik lagi? Zia, apa Ilham akan ninggalin Nia? Ilham udah nggak sayang sama Nia, Ziaaa! Iya, Nia tahu dia itu ngerepotin. Apa lagi saat hamil seperti ini. Nia—"

"Kamu hamil?"

Pertanyaan yang di lontarkan Nanzia membuat Ilham menegang dan Nindia yang terdiam.

"Nia, kamu hamil? Naufal bakal punya adik?" Ilham segera mendekat ke arah istrinya. Memastikan sendiri kebenarannya.

"I-iya." Jawaban singkat dari Nindia membuat Ilham melompat senang.

Tanpa aba-aba, pria itu memeluk Nindia erat dan segera menghujani wajah Nindia dengan kecupan-kecupan kecil.

"Kamu beneran hamil?" tanya Ilham lagi. Mata pria itu sudah berbinar dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya.

Nindia mengangguk kaku.

"Sayang, harusnya kamu segera memberitahukannya padaku. Kamu nggak lihat bagaimana paniknya aku saat tiba-tiba kamu menangis tadi dan malah berujar yang tidak-tidak," kata Ilham sembari mengelus rambut panjang istrinya. "Kapan kamu mengetahuinya?" tanyanya.

Ketika Yang Hilang Kembali✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang