"kebenaran akan terkubur, jika orang yang mengetahui kebenaran itu hanya diam."
☁☁☁
Renita menjadi orang yang dicurigai penyebab meninggalnya Silvana, perempuan yang kemarin berkelahi dengannya. Kini ia sedang diinterogasi oleh pihak pihak kampus, sebelum diserahkan kepada pihak polisi.
Renita duduk di sebuah kursi dan di depannya sudah berjajar rektor 1, rektor 2, rektor 3, kepala asrama juga Bapak Wijaya Harmand yang kini sedang mengadakan sidang secara internal.
"Tepat jam 10 malam, ibu dibantu oleh para petugas, mengunjungi tiap kamar, dan hanya kamu dan Silvana yang tidak ada di kamar, dimana kamu sebenarnya?" Tanya Bu Nani.
Renita terlihat begitu gugup, wajahnya memucat, seluruh tubuhnya gemetaran, "sa...sa...saya... saya....."
"Kenapa kamu gugup begitu? Apa benar, kamu dan Silvana semalam bertemu lalu berkelahi lagi sampai Silvana meninggal???" Tanya Bu Melda dengan tegas dan penuh penekanan.
Renita langsung membelalakkan matanya, "saya berani bersumpah, saya nggak membunuh Silvana," tukasnya.
"Lalu kemana kamu semalam???" Tanya Bu Melda lagi dengan nada tinggi.
Renita lagi-lagi menunduk, dia merasa enggan untuk menjawab pertanyaan Bu Melda.
"Sa...saya tidak bisa mengatakannya.." lirihnya.
"Lihat, kamu tidak punya alibi, apa kamu mau ditangkap polisi?" Gertak Bu Melda.
Renita kembali membelalakkan matanya, ditangkap polisi?
"Tapi saya berani bersumpah, kalau kemarin malam saya gak bertemu dengan Silvana, meskipun ketika siang, saya berkelahi dengannya, tapi gak ada niatan dari saya untuk membunuh dia," jelas Renita dengan wajah yang begitu panik.
"Banyak orang yang mengatakan bahwa kamu dan Silvana, sejak SMA selalu saja bermusuhan, entah itu memperebutkan pacar atau kalah saing masalah kecantikan, bahkan selalu saling menyakiti, kamu sekarang sedang dicurigai polisi!!!"
Renita nampak begitu ketakutan, ia mulai menangis, "bukan... saya pelakunya Bu, mohon percaya sama.. saya..." isaknya.
"Kalau kamu ingin kami percaya, ceritakan kemana kamu malam itu?"
"Sa...saya..saya..sedang mencari udara segar ke luar, karena saya merasa pusing,..." Jelasnya dengan terisak.
"Kemana kamu tepatnya pergi? Apa ada bukti?"
"Saya ke halaman asrama saja..."
"Lalu kenapa ibu tidak melihat kamu?" Tanya Bu Nani.
"Sa..saya tidak tahu..." Renita terus terisak dan tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi membuat semua orang yang berada di ruangan itu kebingungan.
Tiba-tiba saja asisten dari Bapak Wijaya Harmand datang dan berbisik di telinga Wijaya. Sontak Wijaya menyuruh asistennya yang bernama Tomi itu agar bicara di luar. Mereka pergi dari aula persidangan ini, menuju ruangan lain.
"Jelaskan sekali lagi apa yang kamu bisikan tadi!" Pinta Wijaya pada Tomi.
Tomi memperlihatkan layar ponselnya, "ini tuan, berita meninggalnya Silvana sudah tersebar di sosial media dan sepertinya sebentar lagi akan ada reporter yang meliput. Sementara ini kasus terbunuhnya Silvana, masih diduga sebagai kasus bunuh diri," jelas Tomi.
Wijaya nampak kesal dan bingung, ia mondar-mandir dengan memegang kepalanya.
"Jika ini terbukti kasus bunuh diri lagi, maka nama baik universitas Harmand akan benar-benar hancur, kampus ini akan menjadi kampus dengan jumlah mahasiswa bunuh diri terbanyak," lanjut Tomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Go!Go!!!Muslimah!!! ✓
SpiritualitéSUDAH TERBIT ( SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS ) (Spiritual-fiksi remaja) "Istiqomah itu sulit, yang mudah itu Istirahat.." Zaphika Adrelia, gadis super heboh, cerewet dan tidak takut pada siapapun, yang baru saja berhijrah, tiba-tiba dikirim ayahnya un...