💨 30. Belum Terlambat 💨

13.7K 1.5K 184
                                    

"Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik."

☁️☁️☁️

Perasaan Daniel tak menentu sejak tadi, dia khawatir ditolak oleh Zaphika. Ia terus mondar-mandir di kamarnya, menunggu kabar dari sang kakek sangatlah lama, ia sudah tidak sabar, tapi ia juga merasa tegang.

Beberapa menit berlalu, akhirnya sang kakek datang. Wijaya masuk ke kamar Daniel tanpa mengetuk pintu. Daniel yang melihat itu langsung menghampiri sang kakek.

“Gimana, Kek? Apakah Zaphika menerima?” tanya Daniel tak sabar.

Wijaya terdiam sejenak, ia khawatir jawabannya membuat Daniel kecewa. “Begini, Zaphika butuh waktu untuk berpikir,” jawabnya dengan mengambil jeda. “Tapi akan kakek pastikan, kalau dia akan menerima kamu.”

Senyum Daniel sontak mengembang di pipinya.” Bener, Kek?”

Wijaya hanya mengangguk, kemudian Daniel memeluknya, bahagia.

Sementara itu Zaphika masih memikirkan perkataan Arfan, apa maksud Arfan berkata seperti itu tadi? Arfan bilang, kalau mau menolak, tolak dari sekarang kecuali kalau ia mau.

Mau? Zaphika rasa itu tidak mungkin, tapi ada benarnya juga kata Arfan, Zaphika harus memutuskan dari sekarang, jangan memberi harapan palsu dan nanti malah muncul masalah baru.

Zaphika tengah berjalan menuju kamar Renita, dia merasa ada yang aneh dengan Renita. Sepanjang di mobil kemarin, Renita tak bersuara sedikit pun, dia terlihat sangat murung.

Zaphika mengetuk pintu kamar Renita, dengan ketukan yang cukup keras, sama saja dengan Renita.

"Assalamu'alaikum.... Bu haji .. buka pintunya dong," sahut Zaphika.

Tak ada jawaban, sehingga Zaphika harus kembali bersuara. "Assalamu'alaikum..."

Akhirnya Renita membuka pintunya, Zaphika terbelalak melihat Renita, tumben sekali Renita memakai jilbab lengkap, biasanya kalau di kamar dia suka buka-bukaan.

Tapi wajah Renita masih terlihat cemberut tak seceria biasanya.

"Kenapa muka lo ancur gitu?" tanya Zaphika heran.

"Kalau lo mau masuk, cepetan!"

Zaphika pun masuk dengan segera, Renita mengunci pintu kamarnya, kemudian duduk di atas ranjangnya dengan wajah yang masih terlihat lesu.

“Sebenernya lo kenapa sih? Kenpa wajah lo 4L gitu?” tanya Zaphika lagi.

Renita mendengus, “4L apa sih maksud lo?”

“Lemah, lesu letih, loyo!!!”

Renita semakin cemberut, dia bingung harus cerita atau tidak pada Zaphika. Apakah Zaphika akan meledeknya, karena ia hampir kena azab Allah? Atau sebaliknya.

Zaphika duduk di sebelah Renita. “Ada apa sih sebenarnya?”

Renita masih terdiam, bagaimana jika Zaphika tahu kalau ia hampir terlindas truk, apakah Zaphika akan menertawakannya. Renita masih saja dilema, pikirannya seakan berperang.

“Kenapa lo diem aja? Lo lagi ada masalah atau apa? Tumben banget lo punya masalah.”

Lihatlah, Zaphika sudah menganggap hidup Renita datar-datar saja tanpa masalah.

Tapi Renita pikir, mungkin saja Zaphika bisa membantunya menepati janji pada Allah, untuk hidup lebih baik. Bukankah selama ini pun, itu yang Zaphika inginkan?

Renita mendongak, Zaphika sudah menatapnya tajam. “Lo tahu nggak?” Renita menghentikan ucapannya, dia merasa ragu untuk bercerita pada Zaphika.

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang