💨 17. Ketenangan Hati 💨

18.5K 1.8K 209
                                    

"Ketenangan hati tidaklah didapat dari harta yang banyak, jabatan yang tinggi atau apapun yang sifatnya duniawi, tapi ketenangan hati yang sejati hanya bisa di depat lewat kedekatan kita dengan Allah."

☁☁☁

Zaphika masih bergeming, dia masih terkejut dengan penampakan yang ada di depan matanya. Tapi, sayangnya penafsiran Daniel berbeda. Ekspresi Zaphika yang terus melongo, membuat Daniel berpikir kalau Zaphika telah terpesona padanya.

Berbeda dengan Zaphika yang terus mangap, Daniel justru senyum-senyum sendiri.

Kali ini Daniel hanya ingin menunjukkan penampilan barunya pada Zaphika, kemudian melihat ekspresi Zaphika, cukup memuaskan bagi Daniel, Zaphika seakan benar-benar terpesona olehnya. Daniel tak berlama-lama, bisa dibilang dia hanya ingin tebar pesona pada Zaphika kemudian pergi.

Itu rencananya, karena itu sekarang dia benar-benar pergi meninggalkan Zaphika yang masih bergeming. Matanya terus memperhatikan kepergian Daniel, kemudian ia mengucek matanya untuk memastikan sekali lagi.

Daniel gesrek!! Zaphika menghampiri kembali Arfan untuk memastikan.

"Kak Arfan, kak Arfan apain si Daniel, kenapa dia jadi gitu? Dia beneran taubat?" Tanya Zaphika yang sudah berdiri di depan meja makan Arfan.

Arfan hanya mengidikkan bahunya. "Bukannya kemarin lo yang nyeramahin dia?"

"Kak Arfan emang nggak nyeramahin dia?"

"Enggak," jawab Arfan cepat.

Zaphika masih bingung, ada apa dengan Daniel? Dia benar-benar insaf? Atau ada faktor lainnya?

"Mau sampai kapan berdiri di situ terus lagi?" Tanya Arfan yang kembali mengagetkan Zaphika.

"Mau pergi kok sekarang juga yey..."

Zaphika kembali ke meja makannya, sekarang ada dua hal yang menggangu pikiran Zaphika, pertama dia tetap merasa bersalah karena belum minta maaf pada Arfan, kedua ada apa dengan bocah tengik Daniel?

Satu persatu harus dijawab, sekarang Zaphika memikirkan lagi yang pertama, yaitu meminta maaf pada Arfan. Kapan? Dan harus bagiamana?

☁☁☁

Zaphika mengikuti mata kuliah selanjutnya, yaitu mata kuliah wawancara. Zaphika duduk di bangku ketiga. Awalnya Zaphika pikir, mungkin Arfan tidak ada di kelas ini, tapi ternyata Arfan masuk kelas ini meskipun sedikit telat.

Arfan duduk di bangku ketiga sebelah Zaphika, karena kebetulan bangku itu pun kosong. Zaphika memperhatikan kedatangan Arfan, dalam pikirannya masih memikirkan cara meminta maaf yang tepat.

Arfan menangkap tatapan Zaphika yang sedang memperhatikannya. "Apa?" Tanya Arfan dengan suara pelan.

Zaphika terkaget. "Enggak." Dengan segera ia mengalihkan pandangannya.

Mungkin akan cepat, jika ia meminta maaf lewat pesan SMS atau wa. Tapi sayangnya, Zaphika tidak punya nomor Arfan. Sambil memperhatikan dosen di depan, sesekali Zaphika memikirkan kalimat yang tepat untuk meminta maaf pada Arfan. Dia menuliskannya dalam note kecil.

Selesai mata kuliah wawancara, Zaphika pun selesai merangkai kalimat dalam note kecilnya. Setelah dosen mata kuliah wawancara keluar, Zaphika mengahampiri Arfan ke mejanya.

Zaphika bingung ini cara yang benar atau bukan dalam meminta maaf, yang jelas dia merasa risih dan gengsi, jika harus bicara langsung.

"Kak Arfan..." Panggil Zaphika.

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang