💨 23. Makan malam 💨

14.8K 1.5K 71
                                    

"Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku."

Umar bin Khattab

☁️☁️☁️

"Cepetan buka suratnya!" Pinta Renita.

Zaphika masih menatap surat itu penuh selidik. Karena gemas, tak kunjung dibuka, Renita merebut surat itu dari tangan Zaphika.

"Sini biar gue yang baca, lo mah lama!" Renita menjauh dari Zaphika setelah mengambil suratnya.

"Heh! Lo kepo banget sih... Kembaliin biar gue aja yang baca.." sergah Zaphika.  Namun, diacuhkan oleh Renita.

Dengan bersemangat Renita membuka suratnya sambil terus berusaha menghindari tangan Zaphika yang terus berusaha merebut suratnya kembali.

"Lo balikin gak.." Zaphika mengulang ucapannya karena Renita semakin menjadi.

Renita berhasil membuka suratnya, kemudian ia baca.

"OMG..... Ini dari Bapak Wijaya Harmand," teriak Renita kaget. "Kenapa dia ngirim surat sama lo?" Renita semakin penasaran, ia kembali membaca isinya, sementara Zaphika bingung, ia menghentikan aksinya merebut surat itu dan lebih memilih mendengarkannya dari Renita.

Renita begitu serius membacanya. "Saya mengundang anda untuk makan malam bersama saya malam ini, suatu kehormatan bagi saya, jika anda berkenan hadir." Renita membacakan inti suratnya. Kemudian ia menatap Zaphika. "Direktur kampus Harmand ngajak lo makan malam..."

Zaphika masih bingung, ia rebut kembali suratnya dari Renita, kemudian membacanya untuk memastikan isinya dan ternyata yang dibacakan Renita tadi sesuai.

"Kenapa dia ngajak gue?" Zaphika semakin bingung.

Renita berdecak ia sendiri bingung. "Emmmm... Apa karena Daniel?" Renita menerka.

"Daniel? Apa hubungannya sama Daniel?"

"Bukannya si Daniel suka sama lo?"

"Daniel suka sama gue?" Zaphika tercengang.

"Waktu itu bukannya dia bilang gitu, dia juga tebar pesona terus sama lo.."

Zaphika mendengus, merasa tidak masuk akal. "Bapak Wijaya Harmand ngajak gue ketemuan cuman karena si tengil? Gak mungkin!"

"Lah terus?"

Zaphika berpikir sejenak. Tak lama, dengan ekspresi sangat serius ia berkata, "Jangan-jangan ini jebakan! Seseorang mengatasnamakan Bapak direktur, padahal orang lain mau ngejebak gue."

“Lagian siapa yang mau ngjebak lo? Kurang kerjaan banget! Emang lo punya musuh?”

Zaphika mengerjapkan matanya, yah benar juga, siapa orang yang berani menerornya? Selama ini dia tidak memiliki musuh atau masalah dengan siapapun selain dengan Daniel. Daniel satu-satunya orang yang bermasalah dengannya.

“Bodo ah, gue nggak bakal datang!" Tegas Zaphika, ia langsung masuk ke dalam mesjid, diikuti Renita.

“Coba lo datang, mungkin Pak Wijaya mau ngasih lo hadiah,” usul Renita sambil berjalan mengikuti Zaphika di sebelahnya.

“Dalam rangka apa Direktur kampus Harmand ngasih gue hadiah, gue kan bukan mahasiswa berprestasi,” elak Zaphika.

“Emmm....Iya juga sih.”

Zaphika mengambil air wudhu kemudian sholat. Ia masih sangat terpikirkan tentang berita yang ia sampaikan tadi di kelas. Zaphika merasa berita yang ia paparkan tadi tidak layak untuk didengarkan oleh publik, beritanya hampir mendekati hoax, karena kurang klarifikasi dan terlalu cepat menyimpulkan. Dengan karakter dia yang seperti ini, apakah dia layak berada di jurusan jurnalistik?

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang