💨 38. Tulisan Zaphika 💨

10.3K 1.1K 66
                                    

38. Tulisan Zaphika

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, 

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

‘Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

☁️☁️☁️

Daniel menemui sang kakek di ruang kerja kakeknya, terlihat Wijaya sedang fokus membaca sebuah dokumen yang ada di atas mejanya, hingga tak menyadari kedatangan Daniel.

“Kek,” panggil Daniel.

Wijaya cukup terkaget dengan suara Daniel, ia menoleh ke arah Daniel yang sudah berada di depannya tersekat meja.

“Daniel? Kapan kamu masuk?” tanya Wijaya kaget.

“Barusan, tadi aku panggil Kakek, tapi Kakek nggak nyahut-nyahut.”

Wijaya mengerjapkap matanya sebentar. “Oh, maaf Kakek sedang sibuk,” ucap Wijaya. “Memang ada apa?”

Daniel duduk dulu di kursi depan Wijaya, karena ia pun pegal jika harus berdiri terus, apalagi tubuhnya masih terasa lemas.

“Kakek, tolong bantu Daniel sekali lagi ini saja.”

Sontak Wijaya mengernyit. “Bantu apa?”

“Temui keluarga Zaphika, lamar Zaphika melalui orang tuanya, pasti mereka menerima.”

Wijaya terbelalak mendengar permintaan cucunya, Daniel sampai sebegitunya pada Zaphika? Ini ide yang cukup nekat bagi Wijaya, karena cucunya yang lain, tidak ada yang meminta hal seperti ini.

“Gimana Kek? Kenapa Kakek diem aja?”

Wijaya masih bergeming, memang dia ingin sekali menjadikan keluarga Zaphika bagian dari keluarganya, karena yang ia tahu, keluarga Zaphika sangat kaya raya, pebisnis yang sudah mendunia. Jika mereka bersatu, mungkin akan menjadi patner bisnis yang luar biasa dan sangat menguntungkan.

Tapi apakah keluarga Zaphika mau menerima Daniel? Sementara Daniel masih kuliah, dia juga belum bisa berbisnis, belum ada hal yang bisa dibanggakan dari sosok Daniel,  akan sulit bagi Wijaya untuk mempromosikan Daniel pada keluarga Zaphika. Karena menurut kacamata Wijaya, Daniel tidak memiliki kelebihan yang bisa ia banggakan. Nilai-nilai sekolahnya buruk, ia pun tidak pandai berbisnis.

Bagaimana Wijaya bisa mempromosikan Daniel?

“Kamu yakin mau nikah? Kamu kan masih kuliah?” tanya Wijaya.

“Soalnya Zaphika nggak mau diajak pacaran Kek, jadi ya udah nikah aja.” Daniel menjawab enteng.

Sungguh alasan Daniel ingin menikah sangat sempit, bagaimana kalau nanti ia tidak suka lagi pada Zaphika. Apakah pernikahannya akan kandas begitu saja?

“Daniel, nikah itu bukan main-main, tidak semua perempuan yang kamu sukai bisa kamu nikahi.”

Mata Daniel membelalak mendengar ucapan sang Kakek, tidak seperti biasanya. Kakeknya seperti tidak mau mengabulkan permintaannya. Kenapa?

Ini membuat Daniel semakin merasa kesal. Pelan-pelan raut wajah Daniel pun menunjukkan ketidaksukaan pada jawaban sang Kakek.

“Jadi Kakek nggak mau bantu Daniel?” tanya Daniel ketus.

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang