"Meminta maaf bukan berarti kamu salah dan orang lain benar, tapi karena hati kamu bernilai lebih tinggi tinggi daripada ego kamu."
☁☁☁
Zaphika termenung di kamarnya, dia teringat kata-kata yang ia lontarkan pada Arfan. Apakah kata-katanya terlalu kasar? Sampai Arfan tidak berkutik seperti itu?
Ini yang membuat Zaphika merasa tidak enak pada Arfan. Ia duduk di atas ranjang sambil bersandar ke belakang. Entah kenapa dia merasa begitu takut perkataannya menyakiti hati Arfan, apalagi saat Zaphika mengingat latar belakang Arfan. Arfan adalah seorang yatim-piatu. Bagaimana kalau perbuatannya tadi termasuk ke dalam katagori menghardik anak yatim. Tentu, itu perbuatan yang dilarang Allah.
Duh... nih mulut kenapa nggak bisa dijaga, tapi omongan gue nggak salahkan, emang kayak gtu kenyataannya kan?
Salah atau benar, seharusnya gue nggak terang-terangan gitu juga. Zaphi... Lo tuh belum tentu lebih baik dari dia.. main kritik orang sembarangan, kritik aja diri sendiri..
Apalagi kak Arfan itu anak yatim-piatu, lo nggak seharusnya jedar jedor gitu ngomongnya..Zaphika mengacak rambutnya frustasi... Perasaan tidak enaknya ini tidak hilang-hilang. Apakah perlu ia minta maaf pada Arfan? Tidak! Dia merasa gengsi harus minta maaf pada cowok. Dia tidak pernah melakukan hal itu. Tapi sungguh, Zaphika dibuat bingung dengan perasaannya sendiri. Antara merasa kasihan pada Arfan atau merasa bersalah atau apalagi?
Zaphika meraih ponselnya yang sedari tadi berada di sampingnya. Sepertinya ia harus berbicara dengan Qonita. Qonita selalu membantunya mencari solusi.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.. Qonita sayang..."
"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarokatuh.. iya Zaphika sayang ada apa?"
"Gue bingung harus mulai ngomong darimana, intinya tadi mulut gue ceplas-ceplos,"
Qonita terkekeh mendengarnya.
"Memang dari dulu kamu kayak gitu kan?"
"Tapi, nggak biasanya gue ngerasa nggak enak banget."
"Nggak enak kenapa?"
Zaphika membenarkan posisi duduknya. "Jadi gini, ada cowok bisa dibilang dia baik sih dibanding cowok lainnya di kampus ini, dia juga rajin ibadah, tapi setahu aku, dia nggak pernah berdakwah, dia cuma men-sholehkan diri dia sendiri. Terus gue nyebut dia ahli ibadah yang tak pintar berdakwah. Padahal kayakanya dia lebih baik dari gue. Apa gue salah?"
"Gini Zap, mungkin dia bukan nggak pernah berdakwah, tapi belum. Siapa tahu dia sedang menyusun strategi dakwah, kan kita nggak tahu, atau sebenernya dia punya keinginan kuat, tapi dia belum berani, karena hal satu dan yang lainnya yang kita nggak tahu. Jadi, jangan dulu men-judge orang sembarangan, kalau kita belum tahu apa-apa. Bagiamana kalau ternyata kita juga seperti itu?"
Zaphika menghembuskan napasnya kasar. "Iya sih, itu dia gue belum bisa kontrol mulut gue."
"Iya ini karakter kamu yang belum hilang-hilang...hhe.."
"Iya susah diilanginnya gimana ya?"
"Berproses, semua butuh proses. Aku tahu kamu bisa.."
"Jadi gue masti gimana sekarang?"
"Yah.. menurut aku sih, sebelum nge-judge orang kamu tanya dulu, kenapa dia kayak gitu. Coba mengerti dulu alasan dia, baru mengambil tindakan yang tepat, bisa itu berupa nasihat atau apapun."
"Iya kedepannya gue usahakan kayak gitu, tapi ini udah kejadian jadi gimana dong?"
"Minta maaf aja.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Go!Go!!!Muslimah!!! ✓
EspiritualSUDAH TERBIT ( SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS ) (Spiritual-fiksi remaja) "Istiqomah itu sulit, yang mudah itu Istirahat.." Zaphika Adrelia, gadis super heboh, cerewet dan tidak takut pada siapapun, yang baru saja berhijrah, tiba-tiba dikirim ayahnya un...