💨 40. Hobi💨

9.8K 1.2K 110
                                    

40. Hobi

Setiap manusia diciptakan dengan potensinya masing-masing, bagaimana kita bisa menggali potensi diri kita untuk kepentingan Allah, bukan hanya kepentingan pribadi.

☁️☁️☁️

Arfan segera mengalihkan pandangannya karena khawatir dosa, sementara Zaphika masih tersenyum bahagia dan kembali mondar-mandir tidak jelas.

Arfan rasa Zaphika sudah bekerja keras, ia pun harus bekerja keras, jangan membiarkan Zaphika yang bekerja keras sendiri.

Arfan ingin mencoba membuat tulisan juga, jika Zaphika membuat cerita dakwah dalam bentuk komik, maka Arfan akan membuat artikel dan nanti akan jadi buletin mingguan DKM kampus Harmand.

Arfan menyepi di kamaranya, ia duduk di kursi yang di depannya ada laptop di atas meja. Arfan membuka laptopnya dan mulai menuangkan idenya ke dalam jendela MS. Word.

Tiba-tiba ia teringat Zaphika, senyum Zaphika tadi melintas di pikiranya.

Hush!

Arfan coba mengenyahkannya, tak seharusnya dia teringat itu.

Lupa! Lupa! Lupa!

Arfan menggerutu sambil memijat-mijat kepalanya. Ia berusaha fokus membuat artikel, bukan mengingat hal yang kurang penting.

☁️☁️☁️

Komik Zaphika yang berjudul Sang Perantau, akhirnya diperbanyak dan disebarluaskan ke semua kelas kampus Harmand termasuk di mading-mading.

Zaphika merasa senang ketika melihat orang-orang membaca komik dakwahnya. Ia tak sabar ingin membuat kelanjutannya.

Zaphika memperhatikan mading yang terletak di dekat ruang BEM, ada beberapa orang yang membacanya dan memuji hasil gambarnya, membuat Zaphika semakin senang.

Zaphika hendak kembali ke kamarnya, namun saat ia berbalik, ia menemukan sosok yang membuat dirinya terkaget.

"Selamat ya Zaphika," ucap Aisyah dengan wajah berseri-seri, Zaphika sontak membalas senyum Aisyah. "Ibu nggak nyangka kamu pintar menggambar," lanjut Aisyah.

Zaphika tersipu malu, baru kali ini ada orang yang memujinya pintar. "Makasih, Bu."

"Bagaimana kalau kamu membuat versi digitalnya atau misal diterbitkan oleh penebit?"

Zaphika terdiam, bukannya tidak mau, tapi apakah mungkin karyanya bisa tebit? Sementara ia merasa komiknya masih amatiran. Kalau tidak laku dipasaran dan malah membuat penerbitnya rugi bagaimana?

"Emang bisa, Bu?"

"Tentu saja bisa, Ibu punya kenalan di salah satu penerbit mayor, nanti Ibu akan coba ajukan karya kamu."

Sontak Zaphika membelalakan matanya. Aisyah yang akan mengajukan karyanya langsung pada penerbit mayor? Serius?

Zaphika tidak pernah berpikir sejauh itu. Ini sangat mengejutkan.

"Tapi Bu, karya saya nggak begitu bagus, apa mungkin bisa terbit?" Zaphika sedikit merendah.

"Kata siapa? Karya kamu sangat bagus kok, ada nilai dakwah di sana, itu yang membedakan komik kamu dengan kebanyakan komik lainnya. Ibu akan mengusahakan agar komik kamu bisa berkembang, jadi kamu harus semangat melanjutkan komiknya."

Entah harus bicara apa, yang jelas Zaphika sangat senang. Akhirnya ada juga bakatnya yang bermanfaat untuk Islam dan orang-orang.

"Makasih Bu, saya akan berusaha menyelesaikan komiknya."

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang