💨 27. Utamakan Allah 💨

17.1K 1.5K 115
                                    

"Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.."

☁️☁️☁️

Wijaya semakin membelalakan matanya, ia benar-benar kaget dan sangat tak menyangka. Ia berulang-ulang membaca datanya untuk memastikan bahwa matanya tidak salah melihat.

Sangat jelas sekali di sana tertera, nama ayah Zaphika adalah Heri Adiyasa, nama yang tidak asing di telinga Wijaya, nama yang sangat familiar di kalangan pengusaha sukses. Pengusaha yang sangat berpengaruh di negri ini dengan kekayaan yang luar biasa.

Seketika dengan perlahan, Wijaya menyunggingkan senyumnya. Jika ia berhasil menjadikan Zaphika sebagai istri dari cucunya, maka akan terjalin kerjasama bisnis yang luar biasa. Kekayaannya akan melimpah ruah.

Ini ide cemerlang bagi Wijaya, dia sudah kehilangan investornya karena Zaphika, namun ia juga bisa mendapat yang lebih besar dari Zaphika. Permainan yang menyenangkan, Wijaya akan mulai membantu Daniel dengan sungguh-sungguh.

☁️☁️☁️

Zaphika dan Renita tengah membuat list perlatan apa saja yang dibutuhkan untuk acara launching DKM nanti. Mereka memilih taman kampus Harmand sebagai tempat berdiskusi sambil menikmati pemandangan hijau di sana.

Sepoi-sepoi angin berhembus manja, menelusup ke dalam permukaan kulit, hingga menyapu pelan dedaunan yang berguguran. Sejuk terasa, ditambah matahari yang hampir terbenam, langit masih terlihat biru dan awan pun masih terlihat putih mewarnai langit di sana.

Zaphika duduk sambil bersandar pada  pohon besar yang menjulang tinggi, di tangannya memegang buku dan pulpen untuk mencatat list peralatan yang mereka butuhkan untuk acara launching DKM Masjid Harmand nanti. Sementara Renita, ia juga ikut bersandar ke pohon, namun tanganya memegang ponsel dan matanya sejak tadi begitu fokus menonton drama Korea di ponsel pintarnya.

“Ren apalagi ya peralatan yang dibutuhkan?” tanya Zaphika. Zaphika tidak tahu apa yang sedang Renita lihat di ponselnya. Ia mengira kalau Renita sedang browsing di internet, mencari contoh proposal acara. Karena Renita memakai earphone, sehingga suara merdu drama Korea tersebut tak mapu Zaphika dengar. Pantas saja Renita tak menjawab ia begitu serius menonton.

“Ren, lo denger gue nggak?” tanya lagi Zaphika. Renita masih tak menjawab, ia masih asyik menonton drama Korea, seolah dirinyalah yang mejadi pemeran utama.

Karena diacuhkan oleh Renita, Zaphika melihat ke arah Renita, ditemukannya Renita sedang senyum-senyum sendiri sambil melihat ponselnya, membuat Zaphika penasaran dengan apa yang Renita lihat di ponsel pintarnya itu. Dengan segera Zaphika mendekati Renita, kemudian melihat layar ponsel Renita dari pinggir. Kaget bukan main ternyata Renita tengah menonton adegan ciuman.

Astagfirulloh hal adzim…. “ teriak Zaphika kaget. Renita pun langsung terkaget mendengar suara menggelegar Zaphika. “Ren, istighfar... lo nonton film porno, dosa!!" lanjut Zaphika dengan menggebu.

“Gue nggak nonton video porno, ini tuh adegan sweet,” elak Renita sambil menjauhkan ponselnya dari Zaphika.

Zaphika seakan frustasi mendengar jawaban dari Renita. “Sweet dari mana, itu lagi ciuman, porno tahu!”

“Cuma ciuman biasa kali, kalau sampai buka-bukaan baju di atas ranjang baru porno.”

what!!!!! Ciuman biasa????

Zaphika tercengang mendengar jawaban temanya itu. “Parah lo… wah parah…” Zaphika mengacak kepalanya jengah. “Ciuman lo anggap biasa?? Parah lo..”

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang