💨 36. Galau berat! 💨

11.4K 1.3K 113
                                    

36. Galau berat!

Bangunlah, lari lah kepada Allah. Allah akan menyambut kedatanganmu dan memberikanmu solusi terbaik.

☁️☁️☁️

"Kan aneh banget pemikirannya, bikin nafsu kuadrat!!!!" lanjut Zaphika kesal.

"Sabar, sabar." Arfan barulah menyahut, karena Zaphika terus bicara tiada henti, penuh emosi membuat kepalanya pusing.

"Aku kurang sabar gimana Kak Arfan, untung aja dia nggak aku banting." Zaphika masih terengah dengan emosi yang masih meledak.

"Lo tuh mau dakwah atau mau adu tinju, main banting orang sembarangan," sergah Arfan. Zaphika hanya melirik sebentar, kemudian berpangku tangan dengan wajah cemberutnya, sementara Renita dibuat bingung oleh kelalakuan Zaphika. "Nggak semua orang bakal sepemikiran sama kita. tugas lo hanya mengajak, kalau dia nggak mau, ya udah lo jangan marah-marah. Itu buang-buang tenaga. Nabi aja yang dakwahnya bagus banget, masih ada aja orang yang nolak. Apalagi kita, yang ilmunya masih kurang, nggak menutup kemungkinan juga bakal banyak yang nolak. Ya itu sunatullah."

"Tetep aja aku kesel Kak Arfan, nyesel aku pernah nolong dia, pas dia di-bully sama si kudanil, padahal biarin aja dia di-bully biar dia tahu rasa!!!"

"Lo nggak boleh gitu, lo nggak inget sama firman Allah dalam surat Fussilat ayat 34, Allah menyuruh kita untuk menolak kejahatan dengan kebaikan, karena dengan cara itu orang yang awalnya bermusuhan akan menjadi teman setia." Arfan mengambil jeda. "Tetaplah berbuat baik meskipun lo ditolak."

Zaphika merasa terharu dengan nasihat Arfan, lagi-lagi Arfan mengingatkannya pada sosok Qonita. Ada diri Qonita pada sosok Arfan tapi versi cowoknya.

Arfan sendiri merasa sedang menasehati dirinya, ia pun harus tetap berbuat baik pada keluarganya, meskipun mereka menolak. Karena yanga harus ditolak adalah pemikiran mereka bukan orangnya.

Selama ini memang Arfan masih bersikap dingin pada keluarganya, acuh dan tak mau mengenal lebih dekat. Arfan sadar ini salah, kedua orang tuanya pun pasti tidak mau melihat Arfan terus menyendiri dan hidup dalam masa lalu.

Arfan sudah bertekad untuk mulai membuka diri, tapi rasa canggung itu ada. Merasa ada sekat yang sulit dihilangkan dan merasa takut mereka yang tidak mau menganggap Arfan ada. Bagaimana Arfan menghadapinya?

☁️☁️☁️

Walau canggung, Arfan mencoba menemui sang kakek di ruang kerjanya, ia akan mulai memperbaiki hubungan dengan kakeknya. Setelah itu, barulah anggota keluarganya yang lain. Arfan butuh proses, tak semudah itu bisa bersikap biasa pada keluarganya yang lain.

Arfan mengetuk pintu dan Wijaya mempersilakannya masuk. Meski merasa sangat tak biasa, Arfan terus berjalan masuk ke dalam, hingga ia berdiri tepat di depan meja Wijaya. Wijaya tak berkedip melihat sosok Arfan yang jarang sekali menghampirinya. Banyak pertanyaan memenuhi pikirannya.

"Ada apa?" Wijaya mengawali bertanya sambil duduk santai di kursinya.

Arfan merasa sangat canggung, tapi ia tetap harus mengatakannya demi dakwah.

"Kakek." Arfan berucap pelan, ia mengambil jeda, memikirkan kata-kata yang akan ai katakan selanjutnya. Terasa sukar untuk diucapkan. Wiajaya tampak menunggu kalimat Arfan selanjutnya. "Saya... minta maaf," lanjut Arfan akhirnya.

Go!Go!!!Muslimah!!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang