لَأَنْ يُطْعَنُ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ“Andaikata kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
(HR. Ar-Ruyani dalam Musnad-nya no.1282, Ath-Thabrani 20/no. 486-487 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 4544 dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)."
☁☁☁
"Lo lihat siapa sih gitu amat?" Pertanyaan Renita membuat Zaphika kaget. Sejak tadi Zaphika sedang memikirkan, bagaimana cara agar dia bisa tahu siapa nama wanita berjilbab lebar itu. Dia merasa aneh kalau harus meminta kenalan lebih dulu. Mungkinkah Renita tahu?
"Lo tahu nggak cewek itu namanya siapa?" Tanya Zaphika sambil menunjuk dengan salah satu jarinya. Renita melihat ke arah yang ditunjuk, dia mengernyit, kemudian kembali menatap Zaphika.
"Nggak tahu," jawabnya singkat. Renita merasa aneh dengan ekspresi Zaphika, Zaphika terlihat seperti sedang ngeceng. "Lo suka sama cewek itu?" Pertanyaan Renita membuat Zaphika mendelik padanya.
"Maksud lo gue nggak normal?" Tanya Zaphika ketus.
"Abis lo lihatnya gitu amat."
Zaphika mendengus. "Soalnya gue baru lihat di sini ada yang pake jilbab lebar," jelasnya.
Berbeda dengan Zaphika, Renita tampak biasa-biasa saja, tidak merasa penasaran sama sekali. Renita menarik tangan Zaphika.
"Ayo ah kita cabut!" Ajaknya.
☁☁☁
Wijaya Harmand mengadakan rapat dengan semua staf kampus Harmand, untuk mencari solusi agar tidak ada lagi mahasiswa yang bunuh diri. Wijaya masih merasa kesal pada Arfan, coba saja kalau Arfan tidak memberikan rekaman cctv itu, mungkin Renita akan kalah dalam persidangan kemarin dan dirinya yang akan menang.
Sebenarnya Wijaya tidak begitu membenci Arfan, dia hanya menjaga harga dirinya. Setiap melihat Arfan, Wijaya selalu teringat kepada anak keduanya yang telah meninggal yaitu ayah Arfan yang bernama Andika. Wajah Arfan sangat mirip dengan Andika. Membuat tiap kali melihat Arfan, Wijaya merasa sedang melihat anaknya sendiri yang sebenarnya begitu ia rindukan.
Ada sedikit penyesalan dalam hati Wijaya karena pernah memaksa anaknya menikah dengan wanita pilihannya demi tahta yang begitu menggiurkan baginya, sampai dia harus rela kehilangan anaknya yang paling baik dan paling pintar diantaranya anaknya yang lain. Anaknya yang paling bisa dibanggakan dari anaknya yang lain, sungguh sebenarnya Wijaya sangat menyayangi Andika, tapi harga dirinya lah, yang membuat dia bersikap angkuh.
Wijaya yakin Arfan secerdas ayahnya, dia ingin memperlakukan Arfan sama dengan cucunya yang lain, tapi sekali lagi harga dirinya yang begitu berharga baginya.
Beberapa staf kampus Harmand sudah duduk melingkari meja besar dan Wijaya yang memimpin rapat ini.
"Apa kalian punya saran, bagaimana agar mahasiswa tidak ada lagi yang bunuh diri?" Tanya Wijaya.
Seseorang mengangkat tangan kanannya, kemudian ia berdiri. Perempuan itu mengenakan dress berwarna ungu dan kerudung yang lebar sampai menutupi dadanya dengan warna yang senada. Kini, ia menjadi pusat perhatian di ruang meeting ini.
"Saya ada masukan Pak," ucapnya kemudian.
"Apa itu ibu Aisyah?"
"Dengan adanya pendidikan secara spiritual," jawabnya dengan penuh keyakinan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Go!Go!!!Muslimah!!! ✓
EspiritualSUDAH TERBIT ( SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS ) (Spiritual-fiksi remaja) "Istiqomah itu sulit, yang mudah itu Istirahat.." Zaphika Adrelia, gadis super heboh, cerewet dan tidak takut pada siapapun, yang baru saja berhijrah, tiba-tiba dikirim ayahnya un...