[14] Thomas or Harry?

12.4K 841 179
                                        

Vote sebelum membaca 😉😉

Abigail's POV

"Tidak usah, Thomas. Baju ini saja sudah cukup." Thomas menggeleng.

"Diluar sedang hujan. Sudah, ambil saja Gaun hamil dengan jaket itu." Aku tetap menggeleng.

"Kau ini keras kepala sekali, Abigail. Beli jaketnya atau aku tidak membelikan mu apapun?"

Huft, dia memaksaku untuk membeli Baju hamil serta jaket. Aku tidak mau membelinya, ini terlalu banyak dan mahal.

"Thomas.."

"Tak apa, aku yang akan membayarnya." Aku menyerah, aku ambil saja gaun hamil itu dengan jaketnya.

"Nah begitu," ujarnya sambil tersenyum. Dia sangat manis.

Andaikan Harry memperlakukan aku seperti ini, pasti aku tidak akan stress atau tertekan di Rumah itu.

Thomas membayar semuanya, dia sangat Rendah hati, Ya Tuhan.

"Ini pakaianmu, kau bisa berganti di Toilet saja, ya. Jangan lupa cuci betismu yang terkena Cipratan air itu." Ujarnya, aku sangat tidak menyangka ia akan melakukan ini. Dia sungguh perhatian.

"Terima kasih, Thomas." Aku tersenyum padanya dan mulai berjalan kearah Toilet.

"Ya, sama-sama. Ya sudah sana, hati-hati, toiletnya licin." Aku mengangguk dan mengacungkan jari jempolku.

---

"Jadi, bagaimana, Dok?" Tanya Thomas sangat excited.

"Dia sehat, dari perbandingan ukuran badan yang sekarang dengan perbandingan yang Bulan lalu, diameternya bertambah." Ujar dokter itu menunjuk Komputer USG sambil menggerakkan suatu alat diatas perutku.

"Lalu, apa lagi?" Tanya Thomas.

"Bentuk bayinya memang belum terlalu sempurna, tapi bisa kita lihat, kepalanya sudah mulai berbentuk." Ujar Dokter Melanie dengan tersenyum.

"Ohh, baiklah." Ujar Thomas.

Dokter Melanie membersihkan Gel yang menempel diperutku dengan Tissue.

Thomas membantuku turun dari Ranjang rumah sakit ini. Dan kami berdua duduk dihadapan dokter.

"Dengan Mrs.Styles, dari pemeriksaan saya, anda tidak boleh stress."

Bagaimana aku tidak Stress jika aku tinggal satu kamar dengan orang yang membuatku stress?

"Ba-baiklah."

-----

"Kau mau apa lagi, Abigail?" Tanya Thomas. Aku menggeleng.

"Cukup Tacos ini saja." Jawabku.

Thomas menggeleng-gelengkan kepalanya, "Abigail keras kepala Styles." Ujarnya sambil melihat-lihat Buku Menu, "Minumannya kau jus saja, ya? Tak baik kau minum minuman keras, biar aku saja."

Dasar lelaki.

Aku memukul lengan Thomas, dan ia malah tertawa. Jadi, akupun ikut terkekeh.

"Aku tak mau dibunuh Harry karena memberi isterinya Beer." Aku meredakan tawaku, kenapa Harry lagi?

Aku sudah senang-senang hari ini, kenapa harus Harry lagi?

Dia menyakitiku.
Dia membohongiku.
Dia memberiku harapan palsu.

"O-ke."

Kami memakan makanan kami dengan khitmad, dan tak terasa jika jam sudah menunjukan jam setengah tiga sore.

Hard [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang