[25] Pomerian

12.2K 722 46
                                    

Vote sebelum membaca, komen setelah membaca ea 😙

Author's POV

Abigail sangat bosan sekarang, Harry benar-benar menepati ucapannya. Ia benar-benar kerja, padahal ini hari minggu.

Anne dan Merlin masih di Holmes Chapel, sedangkan Thomas, dia pulang minggu depan.

Abigail benar-benar sendiri, dia akan mati kebosanan. Harry tidak memperbolehkannya masak, jadi ia memesan makanan Delivery.

Padahal ini baru jam lima sore, dan Harry bilang ia akan pulang jam 11.

Anak buah Harry berjaga didepan Gerbang, Abigail-pun jadi tidak bebas untuk pergi.

Dia sangat bosan, ponsel yang ia miliki hanya memiliki beberapa Aplikasi, ingin menelfon-pun, dia hanya memiliki kontak Harry dan Anne.

Selembar kertas bersama uang koin jatuh membuat Abigail mengalihkan matanya ke Lantai Marmer ini.

"Ini kan nomor ponsel Alleshia." Abigail tersenyum, dia sangat sumringah. "Harry-kan pulang malam, bagaimana jika aku mengajak Alleshia kesini saja, nah!" Ujar Abigail sambil menjentikkan jarinya.

Dia segera mengeluarkan Ponselnya dan menyalin Nomor dari kertas itu ke Ponselnya.

Pada dering ke tiga, Orang yang dituju mengangkat Sambungannya, "Hallo? Dengan siapa?" Tanya Alleshia dari sebrang sana.

Abigail terkekeh mendengar ucapan Alleshia yabg terlalu formal, gadis itu tidak pernah berbicara terlalu formal apalagi dengan Abigail, "Hallo, ini Abigail. Tenang lah tak usah kaku."

Alleshia disebrang sana terkejut dan kembali melihat layar ponselnya, nomor tak dikenal. Ia kembali menempelkan ponselnya pada telinganya, "Ya Tuhan, Abigail!" Jerit Alleshia dari sebrang sana.

Dia kira Abigail akan marah.
Dia kira Abigail tidak akan mengakuinya sebagai adik lagi.
Tapi tidak, Abigail menghubunginya sekarang, dan ia sungguh senang.

"Kau dimana, Alleshia?" Tanya Abigail.

"Aku di Rumah mu, bersama Hunter. Ternyata Jane sedang tertidur," ujar Alleshia.

"Kalau begitu, kau kesini saja!" Ajak Abigail. Alleshia menggeleng dari sana.

"Tidak, ewh. Berhentilah merencakan hal gila." Alleshia disana bergidik ngeri, membayangkan wajah Harry yang sudah tidak ia lihat selama dia minggu belakangan. "Lagipula, aku sedang bersama Hunter."

"Ayolah, Alleshia. Temani aku disini." Bujuk Abigail.

"Tidak, aku tidak mau melihat wajah si Bajingan yang telah membuat keributan di Apartemenku. Lagipula, apa kata dunia aku mengunjungi Rumahnya? Huh?" Tanya Alle disertai dengan putaran bola matanya.

"Tenang, disini hanya ada aku. Harry lembur, Anne dan Merlin ke Holmes Chapel."

"Tidak, Abby. Anak buah Harry yang mukanya macam Anjing Buldog itu kau anggap apa? Sungguh, Tokek dan bayi tokek milik Hunter lebih Indah dari pada Harry dan Antek-anteknya itu. Ewh. Jika dijualpun, pasti harga tokek Hunter lebih mahal dari pada Anjing Buldog itu." 

"Anak buah nya seperti Anjing Buldog, Harry-nya tidak."

"Ya, Harry seperti Anjing Pomerian, berisik." Ujar Alleshia sambil membayangkan Harry yang selalu mengancamnya, dan dia menyebut itu berisik.

"Ayolah, Alle. Kerumah ku, soal Anjing Buldog katamu itu, nanti aku yang urus."

"Fyi, aku pernah terkejut karena digong-gong oleh Anjing Buldog milik tetanggaku. Jadi aku tidak mau bertemu dengan Anjing Buldog itu."

Hard [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang