[8] A Story by Abby

16.7K 899 54
                                    

Jan lupa vote :*

Author's POV

Alle mencegat tangan Abigail, "Serius, Gail?"

"Y-ya, Alleshia. Maafkan aku." Abigail meneteskan air matanya, dia bahkan tak menyangka, jika ia bernasib seperti ini. Dia kecil tumbuh bersama dengan Alleshia, dan mereka tidak pernah menyangka jika akan seperti ini.

"Bajingan! Kau menghamili pembantu-mu sendiri?!"

Harry tertawa, "Menghamili? Oh bahkan, kami telah menyetujui-nya. Dan Pembantu? Hei, anak kecil, kau telah dibohongi oleh kakak mu ini." Harry menarik tangan Abigail, "Ayo, Abby. Kasihan anak-ku nanti dia kelelahan."

Harry menarik tangan Abigail menjauh dari Alleshia dan Hunter. Dengan seringaian kemenangannya, sedangkan Abigail dan Alleshia terisak. Dan Hunter, lelaki itu terdiam di belakang Alleshia.

"Hunter... bagaimana ini?" Tanya Alleshia, matanya merah, hidungnya merah. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan duduk dibangku.

"Shtt, jangan menangis." Hunter ikut duduk disamping Alleshia. Dan memeluk gadis itu. "Ini bukan salahmu, tidak ada yang salah disini. Lelaki tadipun, yang bernama Hunry itu tidak salah."

"Jadi salah siapa, Hunter?"

"Kupikir salah Abigail, dia bahkan yang menyetujui itu semua." Hunter mengusap punggung Alleshia, "Dia saja tidak berjuang menjaga dirinya sendiri dari lelaki tadi, kenapa harus kau yang berjuang? Toh, pemiliknya saja tidak."

"Semua sudah terlanjur, Alleshia." Alleshia tambah terisak, "Memangnya kau mau mengguguri bayi Abigail?"

Alleshia menggeleng, "Tidak."

"Yasudah, kalau begitu, bantu Abigail keluar dari keadaan ini. Aku tau Abigail juga sedih, buktinya ia tadi menangis dan tak mau terlepas darimu. Dia juga pasti rindu dengan Jane yang sekarang sudah sehat."

Alleshia mengelap air matanya, "Ba-baiklah, terima kasih."

-------

Abigail's POV

Keinginan-ku untuk kabur semakin membuncah. Aku bahkan tidak menyangka akan bertemu dengan Alleshia malam ini. Kupikir, malam ini akan menjadi makam yang indah. Tapi, tidak.

Harry masuk kedalam kamar dengan hanya memakai celana Jeans.

"Harry."

"Hmm."

"Ku-kumohon, jangan apa-apakan Alleshia dan Hunter. Mereka telah banyak membantu-ku. Jangan apa-apakan mereka."

"Baiklah, asal anak kecil itu tidak mengganggu-mu dan aku. Kau sedang hamil, jangan lakukan hal aneh-aneh dulu." Aku mengangguk atas perkataannya. "Bahkan yang melakukan kejahatan konyol dengan melemparkan telur serta Sabun lalu kelereng itu Asseila itu, dia sangat menyebalkan, aku bersumpah."

"Alleshia, Harry. Bukan Asseila."

"Ya, ya dan aku tidak peduli." Harry memutar bola matanya, "Acara kita rusak, ayo lakukan sesuatu." 

"Sesuatu apa?"

"Game? Atau kau ingin pergi?" Aku tidak tau ingin bermain apa, Game? Aku sangat tidak tertarik. "Kupikir, kau sangat jarang keluar rumah, ayo kita pergi ke suatu tempat."

Aku mengangguk, "Ayo, ini baru jam 8 malam."

"Mau sampai jam 12 malam saja tidak apa, Abby. Karena kita hanya ke Halaman Belakang."

---

Author's POV

Harry dan Abby pergi kesebuah Rumah pohon yang ada di Halaman Belakang.

Hard [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang