[23] Back

13K 756 67
                                    

Vote sebelum membaca 😉

Abigail's POV

Aku merasakan sakit diperutku yang amat sangat. Harry membawaku kedalam mobilnya.

Mungkin, belum saat-nya aku pergi darinya. Nanti pasti ada waktunya. Biarkan saja. Aku menyerah.

Aku hanya diam menatap jalanan, seharusnya sekarang aku sudah di Pesawat menuju Hungaria. Tapi, karena brengsek satu ini, tidak jadi.

Kuharap, Mobil ini cepat sampai. Aku sangat muak melihat wajah Harry. Aku melirik kearahnya.

Rahangnya yang memang sudah kelihatan tajam semakin tegas ketika ia marah, mata hijaunya menajam, mukanya merah padam.

Dia tampan, jika saja ia tidak jahat padaku, pasti aku sangat mencintai dan menyayanginya. Sebenarnya, aku cinta padanya. Aku juga sayang padanya. Tapi, pantaskah aku jika ia selalu menyakitku?

Aku terkadang berpikir, kenapa harus aku yang mengalami semua ini?

Aku tak bisa berkutik jika bersama Harry. Dia kaya, dia memiliki segalanya, dia cerdas, dia tampan.

Mungkin karena kesempurnaan nya itulah yang membuatnya semena-mena padaku. Lihatlah aku, aku hanya memiliki dua orang adik, aku miskin, aku bodoh, aku tak secantik mantan-mantannya dulu.

Dimataku, dia sangat perhatian dan menghargai Betrich. Tapi, kenapa tidak denganku?

Kenapa dia harus perhatian kepada Betrich sedangkan ia memiliki wanita yang harus dia pertanggung jawabkan?

Kenapa dia harus lebih menghargai Betrich ketimbang wanita yang sedang mengandung anaknya ini?

Dia selalu menghalangiku pergi, tapi ketika aku kembali, dia malah menyakitiku. Gila kah itu?

Apa mau-mu, Harry?

Aku ini wanita. Aku lemah.

Selemah itukah aku? Sampai-sampai aku bisa jatuh cinta pada lelaki padahal lelaki itu selalu menyiksaku?

"Turun, Abigail." Aku tersadar dari lamunanku, dan langsung keluar dari mobil.

Anne dan Merlin menyambutku, mereka berdua memelukku erat.

"Oh sayangku, Abby. Kau kemana saja, nak?" Ujar Merlin dan langsung mrmeluku.

"Hei, Abigail. Akhirnya kau kembali, nak." Ujar Anne. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

"Ya, maafkan aku." Ujarku, Anne dan Merlin segera membawaku masuk kedalam Kamar.

"Tidurlah, Abby. Aku tau kau lelah," ujar Anne.

Syukurlah di Rumah ini aku masih diberi orang yang sayang padaku. Anne dan Merlin-pun keluar, aku terlalu lelah akibat kejadian tadi pagi.

Akhirnya, aku masuk kedalam alam mimpi.

-----
Author's POV

Lelaki bermata hijau itu memasuki kamar nya, dia sedikit menyunggingkan senyumnya saat melihat Wanita yang sedang hamil anaknya itu tidur.

Rasanya, baru seminggu lebih ia berpisah dari Wanita itu, tapi serasa sebulan.

Dia merindukan wanita yang selalu menyapanya dengan senyuman kecil di pagi hari.

Dia merindukan Wanita berperut besar yang smenunggunya dikamar saat ia pulang kerja sambil tertidur.

Dia merindukan wanita yang selalu memasangkan ia dasi jika dasinya tidak rapi.

Tapi entah kenapa, Harry tetaplah Harry.

Dia membohongi dirinya sendiri.

Dia tidak mengakui jika dirinya mencintai Wanita yang sedang mengandung anaknya itu. Dia selalu bersikap buruk didepan wanita itu. Dia berusaha menutupi jika ia menyayangi wanita itu dengan cara melakukan hal-hal gila.

Hard [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang