04 :: Pingsan

3K 222 108
                                    

Suara bel masuk setelah istirahat sudah berbunyi, semua murid kelas 11 IPS 2 sedang bersiap mengganti baju untuk pelajaran olahraga. Anak laki-laki mengganti baju mereka di dalam kelas sedangkan anak perempuannya di toilet, hal itu selalu terjadi kala pelajaran olahraga berlangsung.

Tak membutuhkan waktu lama, seluruh penghuni kelas sudah berhamburan turun ke lapangan outdoor yang biasanya di gunakan untuk upacara. Pak Arman sang guru olahraga sekaligus wakil kepala sekolah sudah bersiap di tengah lapangan sembari meniup peluit yang selalu setia menggantung di lehernya.

Seluruh murid membentuk lima barisan, tiga baris untuk cewek dan dua baris untuk cowok. Pemanasan dilakukan selama kurang lebih lima belas menit dan itu cukup membuat butiran keringat bermunculan.

Terlihat Pak Arman yang menarik napas dalam-dalam sebelum meniup peluitnya kembali dengan sangat keras hingga membuat siswi yang berkumpul itu menutup telinganya.

"Dengar, hari ini Bapak akan mengumumkan bahwa lima hari lagi sekolah akan mengadakan study tour ke Yogyakarta untuk anak kelas 11 dan juga 12. Jadi Bapak harap, di antara kalian di usahakan untuk mengikutinya karena mempengaruhi nilai rapot. Sekian dan terima kasih."

"Ah, satu lagi. Hari ini Bapak tidak bisa berlama-lama mengajar dikarenakan adanya rapat penting dengan wali murid, jadi Bapak beri tugas untuk push up sebanyak dua puluh kali kalau sudah melakukannya kalian bisa langsung istiharat."

Ucapan panjang lebar Pak Arman sepertinya tidak berpengaruh karena perhatian para murid malah tertuju pada teriknya sinar matahari yang membakar kulit mereka.

Pak Arman kembali meniup peluitnya, membuat seluruh murid berhamburan mencari tempat yang luas untuk melakukan push up walaupun tidak ikhlas.

"Ini apaan sih ah, mending gue balik ke kelas." keluh salah satu siswi yang memilih tak mengikuti arahan Pak Arman.

"Lo mau kena marah Pak Arman yang kalau teriak satu gedung sekolahan bisa retak. Hah?"

"Bodo amat ya, bye!" dan siswi itu memilih melengos ke kantin, tak menggubris ucapan temannya.

Reitama meliriknya sengit, ia baru melaksanakan push up sebanyak lima kali karena Pak Arman yang sudah pergi. Ia memutuskan meneduh di bawah pohon di ikuti ketiga temannya yang sudah berlumuran keringat di leher.

Austin duduk sambil menjahili anak perempuan bersama Devid Kakak kembarnya sedangkan Raihan dengan kalem dan gaya santai nya membuka ponsel, entah apa yang cowok itu lakukan.

Reitama menatap lurus ke depan, memperhatikan gerak-gerik Liliana yang sedang push up dengan anak-anak lainnya.

Wajah gadis itu memerah layaknya kepiting rebus dan juga keringat yang muncul berlebihan, membuat Reitama mendekat saat merasakan ada yang tidak beres dengan gadis itu.

Reitama menepuk pundak Liliana pelan, memperingatkan gadis itu untuk berhenti. "Kalo gak kuat, mending ke UKS aja. Daripada lo pingsan."

"Enggak, Lily masih kuat kok. Fighting!"

Setelah mengucapkan itu, Liliana merasakan kepalanya yang terasa pusing dan pandangan mulai mengabur dengan mata yang kontan tertutup sebentar. Sepersekian detik kemudian, Liliana merasakan kaki nya yang tak bertulang, tubuhnya meluruh dan merasakan seseorang yang menangkapnya dengan sigap sebelum mata gadis itu tertutup sempurna.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang