Hari esok pun telah tiba, dimana semua siswa dan siswi kelas sebelas berkumpul di lapangan SMA Dharma Bangsa ditemani orang tua yang ikut serta mengantar anak tersayangnya sampai memasuki bus.
Kendaraan besar yang biasa kita sebut bus itu sudah terparkir rapi di lapangan sekolah yang cukup luas, jumlah bus pariwisata itu masih bisa terhitung jari makanya kepala sekolah mengakali setiap satu bus bisa menampung murid sebanyak lima puluh orang.
Terlihat di depan mata para murid yang berlalu lalang lengkap dengan pakaian bebas yang mereka kenakan khusus untuk hari ini sebab besok pembelajan akan dimulai dan hari ini hanyalah jam istirahat saat sudah berada di Jogja.
Reitama menghembuskan napas sambil mengeratkan jaket boombernya karena udara pagi ini sangatlah dingin. Bagaimana tidak, jam lima pagi mungkin kalau hari biasanya ia masih terlelap diatas kasur yang empuk dikamarnya.
Cuaca pagi ini sejuk, lebih tepatnya dingin. Suara kicauan burung terdengar dari balik pohon beringin besar yang tumbuh di sebelah lapangan, membuat suatu alunan merdu di pagi hari ini. Jangan lupakan juga sinar matahari terbit yang mulai muncul dari balik dahan dan ranting.
Prok! Prok! Prok!
"Guys, tolong baris sesuai kelas bentar. Ada yang mau gue omongin," teriak Bagas, sang ketua osis yang memimpin hari ini. Laki-laki itu menepukkan kedua tangan yang bertujuan mengalihkan perhatian seluruh siswa.
"Sekarang gini, bis bakal jalan kurang dari dua puluh menit lagi. Jadi, gue saranin kalian cek barang bawaan kalian lagi. Takutnya ada yang ketinggalan, ingat! Kita disana bukan cuma sehari, tapi tiga hari. So, udah lengkap kah barang-barang kalian?" tanya Bagas berbicara menggunakan microfon.
"Udah!" ucap semua murid serempak.
"Ok, bagu-bagus. Alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu untuk meminimalisir kejadian yang tak diinginkan selama di perjalanan." Bagas mulai menunduk seraya menengadahkan tangannya memanjatkan doa pada yang Maha Kuasa.
"Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing ... dimulai," semua murid pun menunduk dengan tangan yang menengadah membuat keadaan hening seketika.
"Berdoa selesai. Oke, setelah ini gue minta setiap ketua kelas buat maju kedepan mengambil selembaran kertas daftar absensi teman sekelasnya lalu menganbsen setiap murid satu-persatu."
Setelah mendengar penuturan Bagas yang sepanjang jalan kenangan, eh. Semua ketua kelas pun melangkahkan kakinya kedepan seraya mengambil daftar absensi kelas mereka.
Berbeda dengan kelas 11 IPS 2 yang tengah riuh akan pertarungan opini yang terjadi diantara para siswa mengenai, Radit, sang ketua kelas yang tak hadir karena sakit.
"Udahlah perwakilan aja, wakil ketua lah, wakil ketua," usul salah satu pria yang ikut mengerungi barisan.
Sama halnya dengan Reitama, cowok itu melipat kedua tangan didada memperhatikan usulan teman-temannya sesekali mencuri pandang melirik Liliana yang sedang asik memakan es krim.
Tolong garis bawahi, diantara banyaknya orang gadis itu masih sempat memakan
es krim?"Perut dia mules, bang────eh, astagfirullah gak boleh ngomong kasar, dosa!" Agus sang pelaku sempat menepuk mulutnya sendiri.
"Ya, pokoknya gitu deh. Tadi gue sempet liat Dimas bolak-balik toilet terus," sambung Agus yang diketahui sebagai teman dari Dimas si wakil ketua kelas.
Sedangkan Reitama sendiri, ia ambil bagian sebagai seksi keamanan dan entah apa yang mereka pikirkan dengan mengangkat Reitama menjadi seksi keamanan kelas justru semakin bertambah pula perempuan yang mengunjungi kelas hanya untuk melihat Reitama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Ficção Adolescente[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...