Setelah kejadian semalam, Darren tak henti-hentinya memikirkan soal postingan instagram Reitama yang menampakkan foto dari gadis yang selama ini ia kenal sebagai Liliana. Tak lupa, sahabat Darren yang baru beberapa hari sampai di Indonesia itu pergi secara tiba-tiba dan membanting pintu kamarnya.
Darren sempat khawatir, karena sahabatnya itu memiliki sifat yang semacam mudah emosi. Bahkan dia bisa saja merusak benda apa pun yang berada di sekitarnya saat sedang tertekan atau marah. Tapi untungnya, semalam Darren tidak mendengar suara barang pecah dari arah lantai dua──lebih tepatnya, kamar sahabatnya itu.
Mengenai Darren sendiri, sebenarnya ia memiliki rumah. Cuma saja, dia lebih memilih menginap di rumah sahabatnya ini selama beberapa hari. Itung-itung hemat pengeluaran makan sama air, pikir Darren.
Hampir tiga tahun Darren mengenal cowok berambut pirang itu, dan sejauh Darren ingat. Orang tua sahabatnya itu jarang sekali pulang ke Indonesia dan lebih memilih menetap di Amerika. Ditambah, sosok wanita paruh baya yang kerap kali di sapa ibu bagi sahabatnya sudah bercerai dan akan menikahi pria lain yang memiliki darah keturunan Eropa.
Sungguh miris bila menjadi cowok berambut pirang itu, Darren tidak bisa membayangkan bila ia berada di posisi sahabat lamanya.
Pantas saja, jika hampir setiap tengah malam selalu ada suara teriakan disusul benda-benda yang terjatuh atau pun pecah. Dan keesokan harinya, yang membuat Darren terkejut adalah kondisi tangan sahabatnya yang berdarah banyak diakibatkan meninju kaca.
Maka dari itu, pagi ini Darren memutuskan untuk mengunjungi kamar cowok itu untuk membicarakan soal Reitama dan Liliana. Menyangkut hubungan mereka yang belum jelas kebenarannya.
Darren menyisir rambutnya yang basah dengan tangan, menatap pantulan dirinya dari cermin dengan berwibawa. Sambil mengedipkan mata, dan menunjuk cermin itu dengan jari yang membentuk sebuah pistol.
Merasa cukup pantas dengan penampilannya pagi ini, Darren pun berjalan keluar kamar untuk menghampiri kamar yang bersebelahan dengannya.
Kamar itu lenggang, hanya terlihat pintu kayu berwarna putih yang tertutup rapat. Dengan perlahan, Darren membuka pintu kayu itu, membuat suara decitan yang begitu menyeramkan. Kepalanya menyembul dari balik celah, agar bisa melihat kondisi didalam kamar.
Kosong. Sejauh mata Darren memandang, kondisi kamar ini kosong. Hanya terdengar dentingan jam dinding dan suara TV yang dibiarkan menyala.
Lantas, Darren pun berjalan memasuki kamar. Matanya terus mengedar, tidak mendapatkan apa-apa. Darren memutuskan untuk mengecek kamar mandi karena takutnya cowok itu sedang berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Ficção Adolescente[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...