42 :: Siksaan para Iblis!

952 92 3
                                    

Bruk!

Remaja berumur tujuh belas tahun itu tersungkur di atas lantai, dengan darah segar yang mengalir dari hidung serta mulutnya.

Pertempuran hebat tengah terjadi, lima orang pria berbadan besar tidak akan segan untuk memukuli Reitama hingga cowok itu tidak bisa melawan. Belum lagi dengan kepala yang terasa sangat perih akibat pukulan berkekuatan besar itu sukses membuat penglihatan Reitama menjadi remang-remang.

Melihat remaja itu tergeletak tak berdaya di atas laintai dengan sangat mengenaskan, pria berbaju serba hitam dengan topeng yang menutupi wajahnya itu menginjak perut Reitama dengan sangat keras hingga Reitama terbatuk. Namun sayang, batuknya Reitama mengeluarkan cairan berwarna merah yang mengalir sangat banyak dari bibirnya yang sobek.

Layaknya seorang pembunuh yang handal, para preman itu tak hentinya memukul, menonjok bahkan sempat menusuk perut Reitama menggunakan pisau atas suruhan bos mereka.

Dan pada saat itu Reitama sudah setengah tak sadar akibat pukulan telak dari belakang yang menghantam kepalanya. Lalu bertubi-tubi menimpa wajah dan seluruh tubuhnya. Hingga sempat terdengar bunyi seperti suara retakan dari bagian tulang lengan atas Reitama.

"Abisin dia, jangan biarin dia hidup," ucap seorang cowok sembari duduk di kursi setelah tadi menginjak perut Reitama.

"Apa yang bakal kita lakuin biar dia mati? Terus pukul sampai baju dia berlumuran darah atau langsung tusuk aja pake pisau?" ujar seorang laki-laki berbadan besar serta tato yang memenuhi tangannya yang berotot.

"Ambil rantai, cambuk dia pakai itu."

"Di-mana, Shi-la." Reitama berusaha berbicara walaupun bibirnya terasa perih untuk bergerak, ditambah tulang pipinya yang keram berhasil membuat cowok itu kesulitan untuk bicara. Dengan susah payah, ia terus membuka kelopak matanya walaupun hanya sedikit.

"Lo gak berhak ketemu sama Shila."

Sedetik kemudian, para preman yang berjumlah lebih dari empat orang itu langsung menyingksa Reitama dengan rantai besi secara bersamaan. Tanpa ampun, seperti tidak memiliki rasa kemanusiaan.

Bugh!

Pedih. Itulah yang dirasakan Reitama, manusia-manusia itu sangat keji memukulinya. Hingga darah yang semulanya belum kering malah bertambah parah. Napas Reitama terdengar berat, matanya setengah menutup dengan jaket kulit hitam yang sobek pada bagian perut akibat sayatan pisau.

Kalau akan seperti ini, Reitama tidak akan datang kemari. Mendapatkan serangan secara tiba-tiba, tentu saja tidak ada seorang pun yang bisa mengelak. Belum lagi, disaat malam hari kebanyakan orang pasti tengah tidur. Hingga tidak ada yang bisa menolong Reitama yang sudah dibuat sekarat.

Sangat samar, Reitama mendengar suara yang terdengar mendengung di telinganya.

"Sampai gue lihat dia belum mati, kalian yang bakal gue matiin!"

Pria bertopeng itu membuang sebatang rokoknya, lalu pergi begitu saja dengan perasaan senang yang membuncah melihat penderitaan Reitama.

Seperti malaikat pencabut nyawa yang mengerikan, seorang pria berjalan mendekati Reitama dengan senapan di tangannya.

"Gak usah di pukul pakai rantai, dia bakal mati dalam sekali tembakan." Ucapnya memerintahkan teman-temannya agar berhenti memukul, menginjak dan mencambuk Reitama.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang