51 :: Kemarahan Seorang Kakak

1K 85 0
                                    

Raihan menutup pintu kaca itu dengan rasa kantuk dan lelah yang bercampur menjadi satu. Keluarga Reitama masih berada di sana, terkecuali Liliana, Bara, David dan Austin yang sudah pulang untuk mengistirahatkan diri setelah seharian ini menjaga Reitama.

"Gimana keadaan Tama? Apa dia udah bilang sesuatu yang bisa kita jadiin petunjuk?" Gavin berdiri setelah melihat Raihan keluar dari ruangan itu.

Tak kuasa menahan rasa pening di kepalanya, Raihan mengacak rambut sebelum dia membanting bokongnya di kursi tunggu yang ada di sebelah kanan pintu.

"Dia gak bilang apa-apa. Tapi Lily kasih satu petunjuk yang bisa kita gunain buat cari tahu kenapa Shila meninggal dan  orang yang balas dendam ke Tama."

Gavin menaikkan sebelah alisnya, sembaru duduk di sebelah Raihan. "Petunjuk apa?"

"Lily bilang, rem mobil Shila blong. Dan ada satu cewek yang gerak-geriknya aneh waktu itu, trus Tama juga cerita kalau setelah pulang dari rumahnya Carla langsung pergi ke salon," ucap Raihan. "Mungkin bener tuduhan Tama waktu itu, kalau Carla yang udah bikin Shila mati."

Gavin mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan cerita Raihan. "Tunggu, Carla itu siapa? Dan kenapa kalian mikir dia yang jadi dalangnya. Buat apa dia bales dendam ke Tama?"

Raihan menghela napas. Dia sudah sangat jengah bila harus meneritakan dari awal. Alhasil, cowok itu hanya mengulang kata-katanya sampai Gavin mengerti.

Gavin menganggukkan kepala setelah berhasil mencerna setiap kata yang Raihan ucapkan, sekarang dia menerti dan sudah bisa membuat sebuah kesimpulan sederhana.

"Jadi Carla pergi ke salon setelah ganti baju di rumahnya, trus Lily liat cewek pake baju serba hitam?"

Raihan mengangguk.

Melihat respon adiknya, Gavin justru tersenyum simpul. Ternyata dugaannya sangat salah, ia tak pernah berpikir kalau kenyataannya akan seperti ini. Dan sangat membingungkan karena ada pihak yang merasa tak terima akan kematian seseorang.

"Menurut gue, dalang dari kecelakaan Shila dan yang mukulin Tama itu beda orang. Dua orang yang sama-sama lagi benci sama seseorang dan berusaha balas dendam."

"Carla udah jadi satu tersangka, tinggal cari tau siapa orang yang mau bunuh Tama."

Gavin menatap lurus ke depan, berusaha menerawang dan hanya ditanggapi Raihan dengan helaan napas. Ia tak berniat menjadi polisi atau pun detektif yang berusaha memecahkan sebuah kasus.

Otaknya sungguh tidak berdaya bila harus dihadapkan dengan itu.

~•~

Sepatu booth hitam setinggi betis itu melangkah mendangi sebuah rumah besar yang ada di hadapannya. Pagar besi itu ditendang dengan keras hingga menimbulkan suara nyaring sampai membuat satpam yang sedang berjaga terburu-buru mendekati pagar depan rumah.

"Buka!" gertak orang itu dengan suara tegas dan dingin dari balik masker hitam yang menutupi mulut dan hidungnya.

Si satpam mengeleng. Apalagi saat melihat penampilan orang itu yang sangat mencurigakan, makser hitam, tudung jaket hitam yang menutupi kepalanya di tambah celana jins hitam robek-robek yang menambah aura menyeramkan cowok itu.

"Cepet buka!!!"

Satpam itu terkejut setengah mati melihat orang itu malah meninju pagar dengan sangat keras dan mata tajam yang tersorot padanya.

"Gak bisa! Anda siapa? Apa sudah buat janji dengan tuan?" kata sang satpam berusaha profesional dalam pekerjaannya.

"Gue gak peduli sama bacotan lo!" Cowok berbaju serba hitam itu berbalik, menaiki motor hitamnya lalu menyalakan mesin.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang