60 :: Bunga Dan Retakkan Hati

1K 73 4
                                    

Tujuan kedua, Pusat Perbelanjaan. Minggu, jam 12.30. Kebahagiaan itu mulai sirna.

Liliana mengangkat tangannya tinggi-tinggi, memperlihatkan sebuah donat pink yang sudah ia makan setengah pada Jason.

"Je! Liat! Donatnya enak!"

Frustasi karena sempat kehilangan Liliana dan malah menemukan gadis itu di depan sebuah toko roti dengan wajah belepotan, Jason menggeram sendiri. Tapi wajahnya masih menunjukkan sikap lemah lembut, maka ia tersenyum simpul sembari berjalan mendekati Liliana.

"Aku cariin kemana-mana. Aku pikir kamu ilang," geramnya, menggandeng tangan Liliana untuk segera pergi dari toko roti ini. Berbahaya! Bisa-bisa Liliana malah betah tinggal disini dan menghabiskan semua donat yang dijual di toko roti bernuansa warna pastel itu. Jason terancam bangkrut.

"Ihhh Lily gak mau pergi, mau disana aja. Mau makan donat lagi, Lily belum nyobain yang warna ijo!" Liliana merengek, walaupun diseret Jason secara halus.

Gadis itu mengulurkan tangannya ke belakang, melihat toko roti tadi yang sudah mulai jauh dengan pandangan mata nelangsa. Padahal, saat itu banyak orangng yang memperhatikan Liliana. Bukan karena paras nya yang kebetulan sedang cantik, namun karena noda pink yang tersebar di sekitar pipi gadis itu.

"Ntar aja ya. Kamu udah makan donat kebanyakaan, gak sehat. Bisa-bisa nanti perut kamu jadi pertambangan donat, mau emang?" Jason menaikkan sebelah alisnya, menatap Liliana yang sudah mengerucutkan bibir kesal.

"Dua lagi aja, Je! Lily janji abis itu gak makan lagi. Tadi tuh Lily belum nyobain yang warja ijo sm biru, itu donat paling unyu soalnya," rengek Liliana.

Gadis itu menghentikan langkahnya, ingin berlari kembali ke toko roti tadi. Namun sudah dicegah Jason karena laki-laki itu tiba-tiba saja menggendong Liliana layaknya karung beras.

Tak peduli gadis mungil itu meronta-ronta sambil memukul-mukul punggungnya, Jason tetap berjalan.

"Mulai ya nakal! Makan donat gak bikin kamu sehat Li, kalau laper biar aku cariin makanan yang sehat. Asal jangan donat lagi." Jason berkata, mempererat cengkramannya karena Liliana semakin berontak. Tak peduli sekarang mereka berdua menjadi pusat perhatian, Jason masih bisa memperlihatkan cengirannya.

"Jeje turunin! Lily bukan karung beras, malu diliatin orang!" pekik Liliana.

"Ah biasanya juga bikin malu."

"Je, Lily mau pipis. Aduh, udah gak tahan. Turunin dong," bujuk Liliana.

Tapi sayangnya tak berhasil meruntuhkan pendirian Jason untuk membawa Liliana jauh dari toko roti sialan itu.

"Aku tau kamu boong. Nanti kalau di lepas malah kabur ke toko roti buat beli donat, nggak!"

"Ah gak asik! Gak asik! Gak asik! Lily gak suka!"

"Terserah kamu mau suka atau engga. Aku sih nggak masalah kalau nyatanya bertepuk sebelah tangan," gumam Jason. Sayangnya tak cukup pelan hingga bisa di dengar Liliana.

Tapi karena gadis itu memiliki kapasitas otak dibawah rata-rata hingga membuatnya sulit mencerna ucapan Jason, pandangan gadis itu malah tak sengaja terarah ke sebuah toko bunga besar yang baru saja ia dan Jason lewati.

Dengan cepat, Liliana memukul punggung Jason lagi. Menyuruh cowok itu berhenti. "Je, Lily mau ke toko bunga."

Sadar permintaan Liliana bukan lagi tertuju pada donat. Akhirnya, Jason menurunkan tubuh mungil itu. Tak lagi menggendongnya seperti karung beras.

"Tumben. Biasanya gak suka bunga," kekeh Jason, menggandeng tangan kecil itu untuk berbalik arah ke toko bunga yang tadi Liliana sebutkan.

Liliana tidak menjawab ucapan Jason, tapi saat sudah memasuki toko yang menjual beraneka jenis bunga itu, Liliana refleks memekik nyaring.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang