09 :: Dia Kenapa?

1.8K 152 14
                                    

Bola mata Reitama bergerak kesana-kemari meneliti setiap nama yang tertera di atas kertas daftar hadir para anggota basketnya.

Kemudian ia mengembalikan kertas itu pada Revan, temannya yang bertugas mengendalikan para anggota basket saat Reitama tidak ada.

"Pokoknya gue gak mau tau, pertandingan basket sama anak SMA sebelah semua anggota basket harus hadir. Terutama yang sering bolos tanpa alasan yang spesifik," pinta Reitama.

Revan mengangguk paham, meskipun semua tugas sepenuhnya diberikan padanya. Revan tak pernah mengeluh karena dipercayai oleh kapten basket adalah sebuah kehormatan, meskipun terdengar agak lebay.

"Satu lagi, abis acara study tour nanti perintahin semua anggota tim buat hadir. Kita latihan sebentar walau waktunya mepet," Reitama membenarkan letak tali tasnya.

Lagi-lagi Revan mengangguk paham. "Lo yakin bakal ikut pertandingan?"

"Yakin. Kalau buat mengangkat nama sekolah, kenapa enggak." Jawab Reitama cepat, tanpa pikir panjang.

"Bukan itu masalahnya, Kevin kapten basket SMA sebelah kan terkenal curang kalau main. Gue udah pernah liat dia sengaja nendang tulang kering anggota kita sampai tuh anak didiskualifikasi, padahal alasannya gak terlalu jelas."

"Tapi ujungnya sekolah kita juga yang menang."

"Ya tapi kan──"

"Sshht." Reitama berdesis, jari telunjuknya berada di depan mulut.

Pandangannya beralih pada siluet gadis yang sangat mirip Liliana tengah berjalan dipinggir lapangan indoor ini, hendak keluar.

Ada yang aneh, Reitama memicingkan mata menyorot tangan Liliana yang terus bertengger menyembunyikan pipi.

Reitama kembali membenarkan letak tali tasnya lalu berjalan cepat mengikuti langkah Liliana yang perlahan menghilang.

"Hoi! Gue belum selese ngomong, sompret!" teriak Revan dari kejauhan sama sekali tak digubris Reitama.

Cowok itu terus mengedarkan pandangannya, lalu terkunci pada Liliana yang berjalan keluar area sekolah dengan langkah yang bisa terbilang gontai. Dengan cepat ia langsung menangkis tangan Liliana untuk berhenti.

"Li, lo gak papa?" sambar Reitama dengan kilat mata tak terbaca.

Liliana mengangguk pelan.

"Coba liat." Reitama mengulurkan tangannya menepis tangan Liliana yang terus menutupi bagian pipinya.

Dengan susah payah, gadis itu tetap mengelak.

"Coba gue liat!" bentak Reitama yang sudah tak sabaran langsung menepis tangan Liliana, matanya seketika melebar melihat pipi gadis itu memerah dan Liliana hanya terdiam tak berani menatap Reitama.

"Jawab gue, siapa yang berani nampar lo?!" sahutnya tak terima.

Liliana masih diam, tak berani menjawab.

"Jawab gue, siapa yang berani nampar lo!" dan entah darimana angin penuh emosi itu muncul dalam diri Reitama, Liliana mendongak sembari menyeka air mata yang mulai berlinangan.

Sedetik kemudian, gadis itu langsung mendorong dada bidang Reitama dengan keras sampai membuat cowok itu memundurkan langkahnya.

"Tama jahat! Lily benci Tama!" teriak Liliana sambil terus mendorong Reitama, meluapkan seluruh emosinya.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang