32 :: Setitik Harapan

1K 80 1
                                    

Katanya cinta itu menyenangkan, katanya cinta adalah suatu keberuntungan, saat cinta sejati datang hidupmu seolah lebih berwarna meskipun tau kalau setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Reitama mencoret tanggal 15 di kalendernya, hari ini adalah hari kelahiran Shila. Walaupun sudah bertahun-tahun tak bertemu, tidak satu pun ingatan tentang Shila hilang dari otak dan pikirannya.

Akhir-akhir ini sosok Shila selalu menghantui pikiran Reitama, baik dalam mimpi maupun di kehidupan nyata. Perempuan itu seakan nyata tanpa ilusi, Reitama juga merasa kalau Shila itu benar-benar masih hidup. Selain mendengar suaranya, Reitama bahkan pernah melihat postur tubuhnya sebanyak dua kali.

Kotak berbentuk persegi berwarna biru laut itu menunjukkan beberapa barang pemberian Shila untuk Reitama sebelum gadis itu pergi, Reitama bahkan sangat ingat perkataan terakhir yang terucap dari bibir manis itu.

"Jaga semua ini buat aku ya, biar kamu inget. Shila selalu ada di samping Tama."

Ah, gadis manis itu selalu berhasil menghipnotis Reitama saat melihat bola katanya yang indah. Jika waktu bisa berputar mundur, sudah pasti Reitama tidak akan memilih berada di kondisi saat dirinya tak berdaya. Kehilangan seseorang sebelum memilikinya bukanlah hal yang terbilang sepele.

Kemarahan Raihan tadi membuat kepala Reitama berdenyut, masih terngiang di otaknya. Wajah Raihan serta perkataan cowok itu yang membuktikan kalau sahabat sejati seharusnya tidak pergi saat sahabarnya yang lain sedang membutuhkan sebuah pertolongan.

Reitama membutuhkan seorang teman, meskipun ia tidak ingin berbagi perasaannya. Setidaknya biarkan Reitama merasakan kalau dirinya tidak sendiri, masih ada orang yang berjalan di belakangnya. Berjaga-jaga kalau Reitama membutuhkan pertolongan saat dirinya sudah tidak bisa mengatasi keadaan lagi.

Frustasi, cowok itu pun mengacak rambutnya pelan. Beranjak dari ranjang menuju meja belajarnya yang terdapat segelas air putih disana. Reitama menegukknya sampat tandas, seakan cowok itu sedang kehausan.

Tak sengaja pandangannya terpaku ke arah tas ransel berwarna hitam itu yang tergeletak di lantai, sebenarnya sehabis pulang sekolah tadi Reitama langsung melempar tas itu asalan. Risleting tas itu terbuka, namun yang membuat Reitama mengerutkan dahinya adalah sebuah surat yang sedikit menyembul dari dalam tasnya.

Reitama membungkuk, mengabil surat yang tak ia kenali itu sambil menarik kursi untuk ia duduki.

Tidak ada nama dari si pengirimnya, tanpa pikir panjang Reitama membuka surat itu secara perlahan.

From: Shila Olivia
To: Reitama Aridandra

Tama, ini aku Shila. Kamu kangen aku nggak? Hehe, pasti enggak ya? Soalnya aku jahat, udah ninggalin kamu sediri

Maaf ya :(

Aku udah liat kamu main basket tadi, ternyata semenjak aku tinggal, kamu jadi makin keren cara mainnya. Tambah ganteng juga, unyu juga:)

Aku nulis surat ini cuma mau bilang, aku sebenernya masih hidup. Mama aku maksa pindahin sekolah aku ke negri kincir angin, jauh dari kamu ...

Aku mungkin pengecut, aku cuma bisa ngomong sama kamu lewat surat ini. Aku gak berani tatap-tatapan sama kamu, kamu sekarang jadi galak, serem, beda kayak yang dulu hehe

Please Tama jangan lupain aku, aku masih hidup, hati aku juga masih tetep buat kamu

Kamu mau kan nyari Shila-nya Tama? Tiga kata buat Tama

Love you more🐯

Reitama membalikkan bagian belakang surat, namun sayang semuanya berakhir sampai situ. Setidaknya ia tahu, kalau Shila memang benar-benar masih hidup. Dengan adanya surat ini, Reitama bisa membuktikan kalau perasaannya tak pernah bohong, matanya tak pernah salah lihat, pendengarannya pun tak bermasalah.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang