31 :: Kemarahan Raihan

1K 90 4
                                    

"Sahabat selalu ada saat temanmu berada di dalam balutan kelabu, tapi beda lagi jika sahabat membiarkanmu mengatasi masalahnya sendiri demi melihat apa yang kamu perjuangkan sebenarnya tidak ada. Artinya, ia ingin kamu sadar kalau apa yang sedang kamu perjuangkan hanyalah memberi efek buruk di masa depanmu nanti."

- Raihan Mervin Oliver -

* * *

Raihan melepaskan tarikan tangan itu secara paksa, rahangnya menegas, giginya bergemeluk dengan sorot mata tajam mengarah pada cowok dengan rambut yang sudah layu akibat keringat itu.

Melihat perlakuan Reitama dan aksen bicara cowok itu pada Liliana yang terbilang sarkasme, sukses mengundang kemarahan Raihan.

Ia bagaikan melihat dua orang yang berbeda dalam tubuh Reitama, masa lalu dan masa kini. Raihan rasa, Reitama kembali pada kepribadian lamanya.

Raihan khawatir, tentu. Reitama adalah satu-satunya sahabatnya dari kecil, Raihan jelas khawatir sekaligus takut melihat Reitama kembali pada jati dirinya yang dibaluti kelabu.

Bola mata hitam legam itu menyorot ke arah samping Raihan, enggan untuk melihat wajah Raihan yang memanas. Cowok itu sudah tersulut emosi ketika mendengar Reitama yang berbicara ngotot pada Jason dan Liliana.

Raihan sengaja membawa Reitama jauh dari area sekolah, agar bisa memarahi cowok itu sepuas yang hatinya ingin kan. Agar Reitama kapok, ia seharusnya tak melakukan itu apalagi pada seorang gadis yang memiliki hati selembut kapas.

"Mau lo apa sih?" tanya Raihan nyolot, urat-urat disekitar lehernya keluar menandakan cowok itu benar-benar marah.

Terlihat Reitama yang mengusap wajahnya gusar, tidak berniat mengalihkan pandangannya dari jalanan yang sepi.

Lalu cowok itu menatap Raihan dengan matanya yang menghunus rentina dan wajahnya datar tak berekspresi. "Mau gue? Gue cuma mau apa yang seharusnya jadi milik gue gak diambil orang! Lo tau, seharusnya sekolah kita yang juara'in pertandingan itu. Tapi gara-gara kecurangan Kevin ajak seniornya itu, sekolah kita kalah.

"Gue gak bakal terima kalau direndahin kayak gitu!" nada bicara Reitama meninggi.

"Cuma itu doang?" Raihan berbicara tidak santai, sambil menatap Reitama tidak percaya. Apalagi kala mendengar alasan cowok itu yang terbilang tidak terlalu masuk akal.

Reitama diam, tidak merespon ucapan Raihan.

"Kok lo jadi baperan gini sih, Tam? Mana Reitama yang gue kenal?! Dia bahkan nggak mempermasalahkan kalau timnya kalah. Tapi, liat sekarang. Lo itu terlalu sentimental, gampang emosi, kalau ngomong nggak pernah disaring dulu. Gak liat lo tadi Lily sampe nangis gitu? Hm."

"Dia nangis emang dari dulunya cengeng, gue udah gak mau ikut campur masalah dia lagi." Reitama menjawab sembari memutar bola matanya.

"Hakikatnya, cewek itu punya hati selembut kapas. Lo sebagai cowok gak bisa kasarin mereka juga, omongan lo tadi buat gue ngerasa kalau lo bukan cowok sejati, Tam!"

Reitama mendengus sembari memutar bola matanya malas untuk ke sekian kalinya.

Ia sebenarnya tidak sengaja mengatakan itu, seakan meluncur begitu saja dari mulutnya. Tapi mau bagaimana lagi, perkataan tidak bisa ditarik kembali.

Hide Feelings〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang