Sudah terhitung tiga jam bus ini melaju dan selama itu juga rasa kantuk serta bosan memenuhi seisi ruangan mobil ini bahkan terlihat beberapa kali ada siswa yang muntah akibat tidak biasa melakukan perjalanan jauh menggunakan bus, atau mungkin dia terbiasa menaiki sepeda motor bahkan pesawat terbang.
Sudah terlihat juga palang besar bertuliskan 'Selamat Datang di Yogyakarta' dan itu artinya tidak lama lagi mereka sampai ke hotel tempat penginapan.
Reitama menyerngit saat sebuah pesan masuk ke ponselnya, menampilkan nama Carla yang sudah bertahun-tahun ini ia blokir.
Carla Delimar: Tama, nanti kalau udah sampai gue tunggu lo di lobby hotel ya
Carla Delimar: Ada yang mau gue omongin, penting!
Carla Delimar: See u❤
Meskipun sudah membaca pesan yang dikirimkan oleh Carla, tidak sedikit pun di otak Reitama untuk mengetikkan pesan balasan karena menganggapnya tidak terlalu penting untuk ditanggapi.
Lagi pula, siapa Carla berani mengatur hidupnya.
Reitama lebih memilih mematikan ponselnya dan memasukan benda pipih itu ke dalam kantung jaket, melihat Liliana yang tengah tertidur dengan pulas.
Berkali-kali kepala gadis itu terhantuk ke bagian belakang bangku didepannya, membuat Reitama sedikit tidak tega dan menyenderkan kepala mungil itu ke bahunya. Tak dapat dipungkiri, wangi buah strowberi menyentuh indra penciuman yang berasal dari rambut diikat kuda milik Liliana.
Alih-alih dari perhatian, Reitama mengamati wajah polos nan lugu Liliana. Cantik, tertidur dengan wajah damai tanpa beban. Bentuk hidung Liliana mungkin tidaklah mancung, tetapi semua itu tertutupi oleh mata yang membulat dan bulu mata lentik serta alis yang seakan tuhan ciptakan sama indahnya.
Tangan Reitama bergerak, merampas cemilan yang masih digenggam Liliana lalu mulai memakannya sedikit. Bahkan, entah sejak kapan sikap jahil Reitama keluar karena yang sedang ia lakukan sekarang adalah menusuk pipi chuby Liliana dengan jari telunjuknya. Sampai gadis itu terlihat terusik dengan cara menepis tangan Reitama.
"Ck, ah ganggu orang tidur aja," gerutu Liliana kesal sedikit mengerjapkan matanya.
"Abisnya pipi lo udah mirip bakpao, gendutan ya?"
Pletak!
Mendapat pukulan yang sangat keras itu, Reitama justru tertawa melihat wajah dongkol Liliana yang mencebikkan bibir.
Apa gadis itu sudah gila!
"Gak usah sok mukul gitu deh, gue kasihan sama tangan mungil lo. Takut tulangnya ancur," kekeh Reitama mengelengkan kepala.
Liliana menatap jari tangannya yang begitu mungil. "Ah, masa sih?"
Lalu menggelengkan kepala berusaha sadar bahwa Reitama mencoba mengalihkan keadaan.
"Pokoknya Tama gak boleh ngomong kayak gitu sama cewek! Itu sifatnya sensitif tau, masih untung ini Lily. Coba kalau cewek lain, Tama bakal langsung dijadiin sate!"
"Sampai segitunya?"
"Iya, makanya jangan sesekali ngomong kayak gitu. Cewek bisa aja nangis atau malah langsung putus, oh iya Lily lupa Tama kan gak pernah pacaran."
Mendengar penuturan Liliana mengenai sikap yang tidak boleh dilakukan pada perempuan meskipun akhirnya menjurus ke mengejek, Reitama pun menghela napas.
"Mulutnya ya, kayak sendirinya gak jones aja." Reitama memutar bola mata malas.
Liliana mencebikkan bibir kesal, seraya membenarkan posisinya terduduk tegap. Alih-alih menatap Reitama, cowok itu masih sama saja. Memasang muka datar dan santai seolah tidak pernah terjadi apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Feelings〔✔〕
Roman pour Adolescents[ belum direvisi ] "Cowok adalah salah satu makhluk Tuhan yang gak bisa jujur sama perasaannya sendiri." * * * [ warning! gaya kepenulisan masih ugal-ugalan karena waktu itu saya cuma sekedar anak pi...